Pakar biologi molekuler dari FK UNIKA Semarang, Dr. Sugeng Ibrahim M. Biomed (kiri bawah)/Rep
Pakar biologi molekuler dari FK UNIKA Semarang, Dr. Sugeng Ibrahim M. Biomed (kiri bawah)/Rep
KOMENTAR

TIGA varian baru Covid-19 yang sudah masuk ke Indonesia yakni varian B.1.1.7 asal Inggris, varian mutasi ganda B.1.617 asal India, dan varian B.1.351 asal Afrika Selatan, dinilai masih bisa ditangani secara efektif oleh vaksinasi. Baik itu vaksin AstraZaneca, Pfizer dan yang lainnya.

Pasalnya, ketiga varian baru Covid-19 itu merupakan mutasi virus yang terjadi secara alamiah atau seleksi alam.

Begitu disampaikan pakar biologi molekuler dari FK UNIKA Semarang, Dr. Sugeng Ibrahim M. Biomed saat menjadi narasumber dalam diskusi Polemik bertajuk "Varian Baru Covid-19" pada Sabtu (22/5).

"Mau berubah sebagaimana apapun ini adalah suatu mutasi yang memang aksi alami, seleksi alam," ujar Sugeng.

Sugeng menjelaskan, terkait pernyataan WHO bahwa varian baru Covid-19 dampaknya dinilai lebih besar, hipotesisnya itu bisa karena airosolize alias tidak droplet, sehingga tingkat inveksinya jadi lebih cepat.

"Dari tujuh hari sekarang hanya dua hari. Ketiga transmisinya tadinya 1 ke 3 ke 4 ke 8, sekarang jadi 1 ke 30. Tetapi belum ada bukti," kata dia.

"Ini yang bilang bukan saya tapi Technical Lead for Covid-19 Dr Maria Van Kerkhove, Bukti yang didapatkan hanya satu mengikat eksibitornya lebih kuat, artinya kalau sakit, sakit beneran. Tetapi jawabannya baik Pfizer, AstraZaneca, itu masih efektif," imbuhnya menegaskan.

Atas dasar itu, dia menganalogikan resep untuk mengantisipasi varian baru Covid-19 itu ibarat kelas dalam sekolah.

"Ngatasinya tetap sama, (ibarat) kelas 1 SMP pakai masker, kelas 2 SMP jaga jarak, kelas 3 SMP cuci tangan, SMA-nya tracing, testing, treatment. Nah kalau mau jadi sarjana harus vaksin, Sinovac, AstraZaneca, Pfizer dan seterusnya," tutupnya.

Turut hadir sejumlah narasumber dalam diskusi daring tersebut antara lain Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi, PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Mariya Mubarika, Epidemiolog Ridwan Amiruddin, dan Bupati Bogor Ade Yasin.

Reporter : Faisal Aristama/RMOL.ID




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News