CePAD, alat deteksi Covid-19 karya tim riset Unpad/ Net
CePAD, alat deteksi Covid-19 karya tim riset Unpad/ Net
KOMENTAR

INILAH hasil karya anak bangsa dan kepedulian untuk segera menyelesaikan pandemi Covid-19. Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung meluncurkan alat rapid tes antigen yang diberi nama CePAD.

Pusat Inkubasi Bisnis UNPAD Diana Sari mengatakan, CePAD bisa diperoleh dengan harga Rp 120 ribu. Walau begitu, pemakaiannya tidak bisa dilakukan mandiri, harus disertai dengan tenaga kesehatan atau medis.

"Memang tidak bisa dipakai sendiri. Jadi jangan dipakai sendiri, kalau ke klinik minat saja untuk menggunakan CePAD. (Harga tersebut) masih dirasa tinggi, akan tetapi kami sudah menghitung apabila diproduksi banyak bisa lebih murah," kata Diana dalam Launching Media Center dan Pengenalan CePAD bersama Ikatan Keluarga Alumni Unpad melalui zoom meeting, Sabtu (9/1).

Bicara tentang tingkat keakuraauannya, Diana menjelaskan saat ini alat rapid test antigen sudah direkomendasikan secara resmi oleh World Health Organization (WHO) dan UNLAD satu-satunya universitas yang menciptakan alat rapid berbasis antigen di Indonesia.

"Kalau kita melihat di sini tingkat akurasinya 91,5 persen dengan sensitivitas 85 persen. Yang direkomendasikan WHO 80 persen, artinya kita sudah melebihi itu," ujarnya.

Menurutnya, perbedaan PCR dengan Rapid Antigen. Tes PCR (Polyester Chain Reaction) mendeteksi material genetik virus, sedangkan rapid test antigen mendeteksi protein virus.

Lebih jauh Diana memaparkan, rapid test antigen berbeda dengan rapid test antibodi. Pada rapid test antibodi, yang dilihat adalah respons imun yang terbentuk ketika virus masuk.

"Karena antibodi ada di dalam darah maka pengambilan sampulnya melalui darah," sambungnya.

Pada tes antigen ini, yang dideteksi bukan antibodi melainkan keberadaan virus, sama seperti tes PCR. Oleh sebab itu, pemeriksaan dilakukan di bagian nasofaring (tenggorokan di bagian atas terletak di belakang hidung dan dibalik langit-langit mulut).

"Karena antigen ini melihat virusnya, sehingga pengambilan sampel di nasofaring dan tenggorokan di mana paling banyak berkumpulnya virus," jelas Diana.

Kemudian, dilihat dari seberapa lama waktu kerjanya, rapid test antigen lebih cepat dibanding tes PCR yaitu hanya dalam 15 menit saja sudah dapat di lihat hasilnya. "Antigen hasilnya positif atau negatif bukan reaktif atau non reaktif," ujarnya.

Selain dapat mendeteksi virus Corona, alat tes Si CePAD ini juga diklaim dapat mendeteksi mutasi virus selagi bukan protein virus yang bermutasi. Sehingga, mutasi virus dari Inggris atau negara lain masih bisa terdeteksi dengan alat ini.

"CePAD ini masih bisa digunakan karena akurasinya bukan dari protein. Seperti literatur WHO, antigen ini mendeteksi ketika virus sedang banyak-banyaknya atau ct value COVID-19 di bawah 25," imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, dia pun mendemonstrasikan penggunaan CePAD dengan dua sampel protein virus Corona. Hasilnya tidak kurang dari 15 menit terlihat perbedaan antara positif dan negatif.

Sampai saat ini, pihaknya mempunyai kapasitas produksi sebanyak 500 per bulan dan telah disebar ke seluruh daerah Provinsi Jawa Barat termasuk fasilitas kesehatan dan Labkesda.

 




Fokus pada Segmen Ritel, Bank Mega Syariah Perluas Jangkauan Nasabah untuk Halal Lifestyle

Sebelumnya

Direksi Minimarket di Malaysia Didakwa Menghina Agama karena Menjual Kaus Kaki Bertuliskan “Allah”

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News