Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

CERITA baru dimulai. Seorang relawan Vaksin Sinovac tiba-tiba saja dikabarkan terinfeksi virus Corona usai pulang dari Semarang, Jawa Tengah. Menurut Koordinator Uji Klinis Vaksin Corona Kusnandi Rusmil, relawan tersebut langsung pergi ke Semarang dan setibanya di Jakarta terkonfirmasi positif Covid-19.

"Sekali lagi saya tegasnya, positifnya bukan dari vaksin. Kalau vaksin, kan yang disuntiknya virus yang mati. Dia jalan-jalan ke Semarang," kata Kusnandi.

"Kalau di masyarakat, memang kalau positif pertama kali itu enggak boleh ikut. Tapi pemantauan itu kalau dia positif dari mana-mana, kita ulang. Hanya kita pantau," tegas dia.

"Jadi, dia sudah disuntik pertama kali, kemudian pergi. Pas pulang dicek lagi swab-nya positif," ujarnya.

Menurut Kusnandi, relawan yang sudah disuntik vaksin sebaiknya tetap menerapkan protokol kesehatan. Mereka juga tidak diperkenankan ke luar kota dan diwajibkan menjaga kondisi tubuh dan imunitas. Jika terpaksa ke luar kota, dengan zona merah, mereka wajib lapor ke tim pengawas.

Mendengar kabar ini, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam, menduga relawan tersebut terinfeksi lantaran vaksin yang belum sempurna.

"Katakanlah vaksin ini efektivitasnya hanya 98 persen dan memiliki kemungkinan 2 persen untuk gagal. Dalam konteks ini, yang bersangkutan mungkin masuk dalam kategori 2 persen itu," Hakam memberikan tanggapannya melalui pesan singkat, Kamis (10/9).

Agar tidak menimbulkan kegaduhan, Hakam meminta relawan tersebut di-tracing dengan benar. Mulai dari ke mana saja ia pergi selama 14 hari, sampai siapa saja yang ia temui.

"Dicek juga, 14 hari sebelumnya yang bersangkutan pergi ke mana selain Semarang. Termasuk lewat jalur mana yang ditempuh, karena bisa jadi penularannya lewat situ. Apalagi kalau menggunakan jalur darat. Semua risiko selalu ada," ucap Hakam.

Kronologi Relawan

Kusnandi menjelaskan kronologi Relawan yang terpapar virus Corona di tengah siklus vaksinasi itu.

"Perlu kami sampaikan bahwa, setelah mendapatkan suntikan (tidak diketahui vaksin atau plasebo) pertama pada kegiatan penelitian vaksin covid-19 bepergian ke luar kota," jelasnya.

Pada kunjungan penyuntikan kedua, lanjutnya, relawan secara klinis dinyatakan sehat dan diberikan penyuntikan kedua. Tapi keesokan harinya, relawan itu menjalani program pemeriksaan swab nasofaring (swab test) dari Dinkes karena ada riwayat ke luar kota.

Petugas kemudian melakukan pengambilan bahan dari apus hidung dan dikirim ke laboratorium BSL-2 milik Dinkes dengan hasil positif. Dengan begitu, relawan dilakukan isolasi mandiri dan dipantau secara ketat setiap harinya.

"Selama 9 hari pemantauan, kondisi relawan dalam keadaan baik," tegas Kusnandi.

Dalam uji klinis ini, ada dua kelompok. Yang mendapat plasebo dan vaksin. Uji klinis dilakukan dengan prinsip observer blind/tersamar, sehingga tidak diketahui mana yang mendapat plasebo dan mana yang mendapatkan vaksin.

"Pada yang mendapat vaksin, kekebalan diharapkan paling cepat dua Minggu pasca suntikan kedua. Dan relawan masih akan dipantau kesehatannya selama 6 bulan pasca suntikan terakhir. Uji klinis ini masih panjang jalannya, agar kita bersama-sama dapat menjaga privasi dari sukarelawan," urai dia.




Fokus pada Segmen Ritel, Bank Mega Syariah Perluas Jangkauan Nasabah untuk Halal Lifestyle

Sebelumnya

Direksi Minimarket di Malaysia Didakwa Menghina Agama karena Menjual Kaus Kaki Bertuliskan “Allah”

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News