Apabila dibarengi dengan rasa cukup, maka layaklah mereka disebut kaya. Tentu saja, kondisi yang membaik itu tidak terlepas dari faktor kerja keras dan kecerdasan dalam menata keuangan. Dalam istilah bekennya; syarat dan ketentuan berlaku.
Terkait kriteria kaya atau berkecukupan itu terdapat tiga pandangan. Pada Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali diterangkan: pertama, Allah memberikan kecukupan harta kepada seseorang, setelah orang itu dalam keadaan berkekurangan. Karena kecukupan merupakan kebalikan dari kekurangan. Orang yang berkekurangan berarti orang yang membutuhkan.
Kedua, Allah menjadikan seseorang tidak bergantung kepada pemberian dan membuat seseorang tidak membutuhkan selain-Nya sehingga orang tersebut menjadi orang yang kaya hati dan lapang jiwa, bukan kaya harta. Ini merupakan hakikat kecukupan.
Ketiga, pendapat yang benar ialah mencakup dua jenis kecukupan dan kekayaan; Allah menjadikan seseorang kaya hati dan juga kaya harta.
Dari itulah Imam Al-Ghazali merupakan ulama yang mempopulerkan semangat ghina amma siwa al-Allah, artinya kaya atau merasa cukup dengan Allah dan tidak membutuhkan kepada yang selain-Nya.
KOMENTAR ANDA