Perlakukan dan pujilah anak secara spesifik sesuai dengan karakternya masing-masing/ Net
Perlakukan dan pujilah anak secara spesifik sesuai dengan karakternya masing-masing/ Net
KOMENTAR

SIAPA di antara Bunda yang sering memberikan pujian pada anak? Memberikan pujian saat anak merapihkan kamar atau membantu Bunda mencuci piring?

Memberikan pujian kepada anak memang tidak salah, bahkan menjadi respon alami yang sering dilontarkan oleh ayah maupun Bunda. Karena pada dasarnya, memberikan pujian merupakan salah satu cara paling umum untuk menghargai dan memberikan apresiasi pada anak.

Namun, tahukah Bunda bahwa memuji anak yang tidak tepat justru akan memunculkan rasa menyebalkan pada anak? Misalnya, bunda memuji hanya ucapan, "ya, bagus", atau, "gitu dong". Bunda sadari atau tidak, ucapan itu justru membuat anak merasa kesal.

Menurut psikolog dr. Aisyah Dahlan, CHt, memuji seorang anak itu haruslah spesifik mungkin. Lebih bagus lagi jika Bunda mengenali dulu karakter masing-masing anak.

"Watak tiap-tiap manusia itu ada di kepala masing-masing, letaknya di tengah-tengah, di belakang ubun-ubun. Jika anak sedang nakal atau ibu mau anaknya jadi anak yang baik, bacakan shalawat sambil membelainya. Jadi, kekuatan si anak ini nanti keluar, bukan kelemahannya," kata dr Aisyah di channel YouTube Rumil Al Hilya, Minggu (31/5).

Ya, setiap orang pasti memiliki watak yang berbeda. Di kepala, watak itu terletak pada Lobus paritalis. Satu orang memiliki dua watak, yang disebut watak genetik atau watak turunan dari kedua orangtuanya.

Sebenarnya, di zaman serba teknologi ini, cara mengenali watak anak dapat dilakukan lewat finger print atau foto aura. Namun, ada cara cepat atau quick test yang bisa dilakukan untuk mengetahui watak seorang anak. Akurasinya mencapai 80 persen.

"Saya kasih contoh, ya. Misalnya Ibu Vera, dia ditawari main teater. Lalu, Ibu Vera mau jadi apa? Pilihannya, penulis skenario, penonton, sutradara, atau artis? Coba, sekarang ibu pilih, ya!" pinta wanita yang kini rutin memberikan tausiahnya itu.

Mengapa demikian? Menurut ibu lima orang anak ini, manusia memiliki empat hasrat besar yang disebut watak utama. Karenanya, ada empat pilihan yang ditawarkan di sini.

"Kalau ibu pilih menjadi penonton, berarti ibu memiliki watak damai, hasrat ibu menjadi orang damai. Dikit-dikit terserah. Nah, untuk memuji orang yang punya watak demikian, mudah saja. Misalnya ibu lihat anak lagi berantem dan kakaknya memilih diam. Setelah itu ibu bisa puji kakak dengan lebih spesifik, seperti, "terimakasih, ya kak. Kakak sudah mau berdamai." Jangan dengan pujian, "terimakasih, ya kak. Kakak sudah mau ngalah sama adik." Itu salah!" tegasnya.

Atau jika Bunda memilih menjadi penulis skenario, maka Allah telah memprogram Bunda menjadi manusia yang memiliki hasrat sempurna. Ini bisa Bunda lihat juga kepada buah hati yang memiliki ciri-ciri rapi, detil, dan telaten.

"Contoh lainnya, misalnya anak mau sikat gigi. Dia pencet pasta gigi dari bawah. Ini tandanya si anak itu orang yang sempurna dan simpel. Cara memujinya, Ibu bilang, "Masya Allah, nak. Alhamdulillah kamu rapi banget, sempurna." Jangan Bunda bilang, "nah, gitu dong." Itu ngeselin banget," ujarnya.

Jadi, lanjut dr Aisyah, perlakukan dan pujilah anak secara spesifik sesuai dengan karakternya masing-masing. Karena setiap manusia memang ditakdirkan untuk berbeda karakter atau watak. Ini menjadi pekerjaan rumah Bunda untuk dapat mengenali karakter anak, sehingga nantinya Bunda dapat membentuk anak sesuai dengan apa kelebihan yang dimiliki mereka.

 




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting