Menteri PPPA Arifah Fauzi. (Kemen PPPA)
Menteri PPPA Arifah Fauzi. (Kemen PPPA)
KOMENTAR

MENTERI Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menegaskan pentingnya kolaborasi lintas agama dalam mengatasi kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dalam diskusi bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan pegiat lintas iman di Kota Semarang pada Minggu (3/8), Menteri PPPA menekankan bahwa upaya perlindungan tak bisa dijalankan satu sektor saja.

“Kolaborasi lintas sektor sejalan dengan amanat Presiden Prabowo, yang menyatakan bahwa tidak ada satu kementerian yang bisa berjalan sendiri. Semua harus saling bersinergi dan berkolaborasi,” ujar Arifah. Ia juga mengutip mendiang Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang selalu mengajak kerja sama lintas agama untuk menyelesaikan persoalan bangsa.

Dikutip dari laman resmi Kementerian PPPA, data Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) dan Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2024 menunjukkan satu dari empat perempuan dan satu dari dua anak di Indonesia pernah mengalami kekerasan. Sementara itu, dari Januari hingga pertengahan Juni 2025, SIMFONI PPA mencatat 11.850 kasus kekerasan.

Untuk menjawab tantangan ini, Kemen PPPA meluncurkan program Ruang Bersama Indonesia (RBI), sebagai pengembangan dari Desa/Kelurahan Ramah Perempuan dan Anak (DRPPA). Program ini mendorong kolaborasi aktif berbagai pihak demi menciptakan desa yang bebas stunting, mendukung pendidikan anak, dan pemberdayaan perempuan.

Arifah juga mengajak FKUB memperkuat ketahanan keluarga melalui pendekatan nilai agama dan budaya lokal. “Saya berharap Semarang dapat menjadi pilot project dan model ini bisa direplikasi di daerah lain,” tegasnya.

Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin, mengapresiasi program lintas iman seperti Semarang Anak Damai, yang mengajak anak-anak mengunjungi rumah ibadah lintas agama. Ia juga mendorong rumah ibadah menjadi ruang publik yang ramah anak.

Sementara itu, Ketua FKUB Semarang, Kyai Mustamaji, mengajak semua pihak menjadikan toleransi sebagai tanggung jawab bersama. “Kolaborasi terbukti menjadi kunci keberhasilan Semarang dalam mempertahankan predikat sebagai kota toleran,” ujarnya. Diskusi ini dihadiri lebih dari 50 peserta lintas iman yang membangun dialog konstruktif demi masyarakat yang damai dan inklusif.




Tiga Sinyal Penting Pertumbuhan Ekonomi Versi NEXT Indonesia Center

Sebelumnya

Surga Bunga di Kota Batu: Spot Foto dan Liburan yang Memukau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Horizon