Menteri PPPA Arifah Fauzi (KemenPPPA)
Menteri PPPA Arifah Fauzi (KemenPPPA)
KOMENTAR

KEMENTERIAN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bersama Yayasan Save the Children Indonesia menyelenggarakan Webinar Series “Libur Telah Tiba” sebagai rangkaian kegiatan Lokakarya Forum Anak Nasional 2025. Kegiatan menyambut Hari Anak Nasional 2025 ini mengangkat tema “Bijak di Dunia Digital, Tanggap di Krisis Iklim”.

Menteri PPPA Arifah Fauzi mengatakan berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak (2022), sebanyak 40% anak di Indonesia pernah mengalami kekerasan di ruang daring, termasuk perundungan  atau bullying. Menteri PPPA menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam bermedia sosial, terutama bagi anak-anak dan remaja yang saat ini tumbuh di era digital.

“Media sosial dan teknologi tidak bisa kita tinggalkan, karena bagian dari kehidupan masa kini. Namun, jangan sampai kita terlena dan menjadi korban sebab ketidakarifan kita dalam menggunakan media sosial,” ujar Menteri Arifah membuka Webinar Series “Libur Telah Tiba”, pada Selasa (8/9) di Kantor Kementerian PPPA.

Menteri PPPA turut mengingatkan pentingnya menerapkan prinsip saring sebelum sharing dalam bermedia sosial.

“Jika menerima informasi, cek dulu kebenarannya. Setelah itu, tanyakan kepada diri sendiri apakah informasi tersebut penting untuk disebarkan, dan apakah ada pihak yang bisa tersakiti jika informasi itu dibagikan. Bijaklah sebelum mengunggah atau membagikan sesuatu,” pesannya Menteri PPPA kepada para peserta webinar.

Menteri PPPA menekankan anak-anak merupakan subjek penting dalam pembangunan, oleh karena itu, negara, keluarga, masyarakat, dan dunia usaha memiliki tanggung jawab untuk  memastikan proses pembangunan berlangsung secara inklusif dan responsif terhadap suara serta kebutuhan anak.

“Dunia digital dan krisis iklim adalah dua tantangan besar yang harus dihadapi anak-anak masa kini. Kita semua wajib hadir untuk mendampingi mereka tumbuh dengan aman, tangguh, dan bijak,” pungkas Menteri PPPA.

CEO Save the Children Indonesia, Dessy Kurwiany Ukar menyebut di era digital dan perubahan iklim yang semakin nyata, tantangan bagi perlindungan anak menjadi semakin kompleks dan mendesak untuk diatasi.

“Digitalisasi membawa peluang besar, tetapi juga risiko yang mengancam keselamatan dan hak-hak anak. Sementara itu, dampak perubahan iklim memperparah kondisi ketidakpastian yang dialami anak-anak, memperpanjang masa krisis dan menghambat akses mereka terhadap kebutuhan dasar,” jelas CEO Save the Children Indonesia, Dessy Kurwiany Ukar.

Menuju Hari Anak Nasional 2025, Dessy juga mengajak seluruh pihak untuk kembali menegaskan komitmen bersama untuk melindungi anak-anak dari ancaman digital dan krisis iklim, serta membuka ruang bagi mereka untuk menjadi agen perubahan.

Webinar Series Libur Telah Tiba ini merupakan bagian dari rangkaian Hari Anak Nasional 2025, yang tahun ini mengangkat tema "Anak Indonesia Hebat dan Bersaudara.". Menghadirkan berbagai narasumber seperti ICLEI Country Manager Indonesia Arif Wibowo, Dewan Pakar PSPK Anindito Aditomo, Content Creator Sadam Permana, Digital Youth Council Alya, Suistainability Consultan Ranitya, Child Campaigner Apphia.

Kegiatan diikuti para peserta Lokakarya Forum Anak Nasional 2025 dari 38 Provinsi, Child and Youth Advisory Network, Digital Youth Council, dan melibatkan lebih dari 1.000 peserta anak dan komunitas dari seluruh Indonesia yang hadir secara daring.




USANITA Tiba di Selandia Baru, Promosikan Partisipasi Linta Batas Wanita Malaysia

Sebelumnya

BPH RI Akan Sepenuhnya Tangani Penyelenggaraan Haji 2026

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News