PENYAKIT campak kembali menjadi perhatian serius masyarakat. Penyakit yang disebabkan oleh Morbillivirus dari keluarga paramyxovirus ini sangat menular melalui droplet ketika penderita batuk atau bersin.
Di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, angka kasus campak menunjukkan lonjakan signifikan. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Sumenep, Achmad Syamsuri, mengungkapkan ada 1.944 kasus campak sejak Januari hingga Agustus 2025, dengan 12 anak dilaporkan meninggal dunia.
“Lima kecamatan teratas kasus campak adalah Kalianget dengan 220 kasus, Rubaru 146 kasus, Kota 122 kasus, Dasuk 115 kasus, dan Saronggi 107 kasus,” jelasnya, Jumat (22/8) dikutip dari Kompas.
Fenomena ini sejalan dengan catatan Kementerian Kesehatan yang melaporkan 53 Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di 34 kabupaten/kota di 12 provinsi di Indonesia. Rendahnya cakupan imunisasi selama pandemi Covid-19 diduga menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus.
Gejala dan Fase Campak
Gejala awal campak umumnya berupa demam lebih dari 38 derajat Celsius selama tiga hari atau lebih, disertai batuk, pilek, mata merah, dan mata berair. Setelah itu, muncul ruam kemerahan pada tubuh yang menonjol dan bertahan hingga tiga hari atau lebih. Gejala lain dapat berupa diare, radang tenggorokan, bercak putih keabuan di mulut, serta sensitivitas tinggi terhadap cahaya.
Secara medis, campak melalui tiga fase: pertama, demam disertai batuk atau pilek; kedua, ruam kemerahan di kulit; dan ketiga, ruam menghitam lalu perlahan memudar.
Mengapa Campak Berbahaya?
Pakar medis senior di Johns Hopkins Center for Health Security, AS, Dr. Amesh Adalja, menyebut campak sebagai penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan pneumonia, infeksi otak, dan menurunkan sistem kekebalan tubuh hingga menghapus 73 persen antibodi yang sudah ada.
Virus ini juga sangat menular, bahkan lebih menular daripada COVID, demikian disampaikan Dr. Thomas Russo, Kepala Penyakit Menular di University at Buffalo, New York. Sementara itu, menurut Dr. Danelle Fisher, ketua pediatri di Providence Saint John’s Health Center, California, virus campak dapat bertahan di udara hingga dua jam setelah penderita meninggalkan ruangan.
Pencegahan
Campak bukan penyakit ringan. Orang tua diingatkan untuk segera membawa anak ke fasilitas kesehatan bila muncul gejala. Imunisasi tetap menjadi benteng utama perlindungan. Dengan kewaspadaan bersama, campak dapat dicegah agar tidak menelan lebih banyak korban.
KOMENTAR ANDA