Ilustrasi anak senang masuk preschool/Lifepal
Ilustrasi anak senang masuk preschool/Lifepal
KOMENTAR

PENDIDIKAN yang baik adalah bekal kehidupan anak di masa depan. Baiknya, orang tua mempersiapkan betul segala hal terkait ini, termasuk memiliki Tabungan sedini mungkin.

Sebelum memasuki jenjang pendidikan yang ‘serius’, ada preschool di mana anak belajar seolah-olah masuk sekolah formal (SD). Dalam preschool ini, anak diajarkan keteraturan, bersosialisasi dengan teman sebaya, belajar mengikuti arahan guru, dan tentunya belajar mandiri (tidak ditemani orang tua).

Sebagai pra sekolah formal, preschool menekankan pada hal-hal di luar Pelajaran formal, bukan hitungan dan membaca. Anak diperkenalkan dengan suasana dan lingkungan positif yang mendukung belajar. Lebih banyak bermain, tidak ada PR, namun secara alamiah akan mengenal angka dan huruf.

Umumnya, anak masuk preschool di usia 3 dan 4 tahun, sehingga sangat bermanfaat ketika anak hendak masuk sekolah dasar. Di pra sekolah formal ini anak akan mendapatkan berbagai manfaat, seperti:

  • Mendapatkan kegiatan untuk anak belajar angka dan huruf secara konsisten.
  • Meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial melalui bermain dengan teman sebaya dan guru.
  • Melatih keterampilan motorik kasar dan halus, memecahkan masalah, dan kreativitas.
  • Mendukung kemandirian dan rasa tanggung jawab.

Untuk menentukan preschool yang tepat, usahakan agar orang tua melakukan survey langsung. Saat survey tersebut, pastikan pertanyaan-pertanyaan berikut ini terjawab dengan baik oleh pihak sekolah:

  1. Latar belakang, sertifikasi, dan riwayat kesehatan para guru.
  2. Berapa rasio guru dan murid dalam satu kelas.
  3. Gambaran tentang jenis aktivitas yang dilakukan anak setiap harinya atau durasinya.
  4. Mekanisme keamanan di dalam maupun luar sekolah. Misalnya, siapa saja yang memiliki akses keluar masuk sekolah, bagaimana proses penjemputan anak, dan di mana tempat meyimpan ATK untuk mencegah anak mengalami cedera.
  5. Bagaimana sekolah menjaga kebersihan untuk menurunkan risiko penularan penyakit antar anak, seperti seberapa sering fasilitas sekolah dan mainan anak disanitasi.

Hal lain yang penting dan patut menjadi pertimbangan adalah soal biaya, jarak tempuh dari rumah ke sekolah, dan kenyamanan anak.

“Sekolah itu seperti rumah kedua, tempat kita menitipkan anak-anak untuk bermain dan belajar. Jadi, walaupun review-nya bagus, kurikulumnya oke, tetap balik lagi ke anak, apakah benar-benar nyaman dan sreg dengan sekolahnya atau tidak. Cocok-cocokkan, lah,” ujar dr Citra Amelinda, SpA.




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting