Aisha Faisal yang tinggal di Karachi memasak makan malam sederhana untuk keluaga/Al Jazeera
Aisha Faisal yang tinggal di Karachi memasak makan malam sederhana untuk keluaga/Al Jazeera
KOMENTAR

AISHA merupakan salah satu perempuan Pakistan yang harus memutar otak setiap hari untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.

Memiliki dua anak yang masih bersekolah, Aisha harus bergulat dengan dilema. Ia ingin anak-anaknya bisa memiliki tingkat pendidikan yang baik agar kelak masa depan mereka jauh lebih cerah darinya. Namun jika ia memilih pendidikan untuk anaknya, kebutuhan perut keluarga akan dikorbankan. Padahal bagi Aisha, gizi anak-anak menjadi prioritas.

Namun itulah yang terjadi. Ia dan sang suami yang berprofesi sebagai penarik bajaj, telah memotong anggaran susu dari daftar belanja. Anak bungsunya yang masih berusia empat tahun terpaksa minum teh setiap hari, sama seperti orang tua dan kakaknya.

Dilema yang dihadapi Aisha adalah gambaran dari kehidupan banyak perempuan Pakistan yang hidup serba kekurangan. Ia bekerja sebagai pekerja domestik dengan tugas membersihkan rumah dan menyetrika pakaian.

Aisha menjadi pencari nafkah utama di rumah. Ia menghasilkan 30.000 rupee Pakistan ($104) sebulan. Faisal, yang kesulitan mencari penumpang, biasanya membawa pulang sekitar 10.000 rupee ($35). Pada bulan yang baik, pendapatan bulanan gabungan mereka adalah 40.000 rupee ($138). Adapun gaji rata-rata untuk tahun 2023 di Pakistan adalah 76.858 rupee ($266) per bulan.

Mengutip Al Jazeera (16/8/2023), diketahui bahwa harga makanan di Pakistan naik sebesar 39,54 persen pada bulan Juli 2023 dibandingkan bulan Juli tahun sebelumnya. Sebelumnya, tepat di bulan Mei 2023, inflasi makanan di Pakistan mencapai titik tertinggi sepanjang masa yaitu 48,65 persen.

Di bulan Agustus, Aisha bahkan belum mampu membeli daging apa pun.

Apa keputusan keuangan tersulit yang harus dibuat saat ini?

“Saya harus menunda membeli buku pelajaran dan seragam sekolah anak-anak saya. Putra saya baru saja mulai pergi ke taman kanak-kanak dan saya berharap guru akan membiarkannya duduk di kelas dengan pakaian biasa untuk sementara waktu karena itu akan memberi saya waktu untuk menghemat uang,” kata perempuan berusia 27 tahun itu.

Biaya sekolah Muskan dan Huzaifa serta buku-buku untuk Muskan (11) disebutnya sebagai pengeluaran paling berharga yang ia keluarkan di bulan Agustus. Mengingat tahun ajaran baru telah dimulai.

Untuk menyiasati pengeluaran, Aisha selalu mencari toko penjual makanan yang memberikan harga lebih murah atau memberi potongan harga. Ia dan suaminya rela menempuh satu jam perjalanan demi mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga lebih murah. Sangat penting untuk berhemat agar uangnya dapat dialokasikan untuk pengeluaran penting lainnya.

Aisha mengaku hanya bisa bersabar dan berdoa. Ketika keadaan menjadi semakin sulit dan memburuk dari hari ke hari, tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain bersabar dan berdoa tanpa henti.

“Kekhawatiran tersebesar saya adalah tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak. Itu sering terjadi, tapi entah bagaimana kami berhasil mengaturnya dengan pertolongan Allah. Saya tidak keberatan untuk kelaparan tetapi saya akan melakukan segalanya untuk mendidik anak-anak saya,” ujarnya.




Bali Tawarkan Pariwisata Baru Kolaborasi Seni, Budaya, dan Inovasi

Sebelumnya

Festival Balon Udara 2024 di Wonosobo, Suguhkan Langit Cappadocia Khas Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Horizon