Muslimah yang sedang datang bulan tak perlu bersedih karena tak bisa mendapat pahala/Pixabay
Muslimah yang sedang datang bulan tak perlu bersedih karena tak bisa mendapat pahala/Pixabay
KOMENTAR

PERCAYALAH, agama Islam tidak pernah mengekang, membatasi, atau merendahkan kaum perempuan. Bahkan dalam kondisi haid pun, muslimah masih berkesempatan meraup limpahan pahala dari amalan-amalan ringan. Lho, bukannya banyak larangan agama terkait perempuan haid?

Memang benar, tetapi larangan-larangan itu sama sekali tidak menutup peluang beribadah bagi perempuan yang sedang datang bulan. Inilah pentingnya mempelajari ilmu agama secara mendalam sehingga memperoleh pemahaman seutuhnya mengenai keagungan Islam.

Muslimah yang sedang menjalani masa-masa haid memang terlarang dalam sejumlah perkara, seperti tidak boleh salat, puasa, thawaf, dan lainnya. Namun, larangan tersebut sama sekali tidak bermaksud menjadikan muslimah kebingungan dengan kekosongan waktu, atau kehilangan peluang meraup pahala.

Jangan pernah salah kaprah, tercantumnya berbagai larangan terhadap ibadah tertentu, sama sekali tidak menunjukkan bahwa perempuan haid itu kotor. Perempuan tetaplah makhluk yang dimuliakan Allah Swt., sedangkan masa haid merupakan salah satu bukti peran mulia perempuan dalam keberlangsungan umat manusia.

Ibadah tidak terhalang dengan datangnya masa haid. Sebenarnya, masih luas sekali aspek ibadah dalam agama Islam dan tentunya perempuan di saat menstruasi punya banyak peluang dalam beramal saleh. Malahan, amalan-amalan ringan yang berfaedah besar tersedia dan bisa dijadikan opsi ibadah saat melalui menstruasi.

Majelis Ulama Indonesia dalam buku Haid dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam (2016: 53-54) menguraikan beberapa amalan untuk muslimah yang sedang haid, di antaranya:

1. Membaca Al-Qur’an tanpa menyentuh lembaran mushaf. Boleh menyentuh ponsel atau tablet yang ada konten AI-Qur’annya. Karena benda semacam ini tidak dihukumi AI-Qur’an. Sehingga, bagi perempuan haid yang ingin tetap menjaga rutinitas membaca Al-Qur’an, sementara dia tidak memiliki hafalan, bisa menggunakan bantuan alat, komputer, atau tablet atau semacamnya.

2. Berzikir dan berdoa. Baik yang terkait waktu tertentu, misalnya doa setelah azan, doa seusai makan, doa memakai baju, atau doa hendak masuk WC, dan lain-lain.

3. Membaca zikir mutlak sebanyak mungkin, seperti memperbanyak tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah), dan zikir lainnya. Ulama sepakat perempuan haid atau orang junub boleh membaca zikir.

4. Belajar ilmu agama, seperti membaca membaca buku-buku Islam. Sekalipun di sana ada kutipan ayat Al-Qur’an, namun para ulama sepakat itu tidak dihukumi sebagaimana Al-Qur’an, sehingga boleh disentuh.

5. Mendengarkan ceramah, bacaan Al-Qur’an atau semacamnya.

6. Bersedekah, infak, atau amal sosial keagamaan lainnya.

7. Menyampaikan kajian, sekalipun harus mengutip ayat Al-Qur’an. Karena dalam kondisi ini, dia sedang berdalil dan bukan membaca AI-Qur’an.

8. Dan masih banyak amal ibadah lainnya yang bisa menjadi sumber pahala bagi perempuan saathaid. Karena itu, tidak ada alasan untuk bersedih atau tidak menerima kondisi haid yang dia alami.

Ternyata cukup banyak ibadah ringan yang berfaedah besar, yang dapat dikerjakan oleh perempuan haid.

Ingatlah, haid bukan berarti masa-masa yang membuat kita jauh dari Allah. Haid bukanlah kejadian yang membuat pahala kita terhenti. Haid bukan pula menjauhkan diri dari kebajikan.

Perlu dipahami, Allah bersumpah atas nama waktu pada surat Al-Asr ayat 1-3, yang artinya, “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.

Jangan sampai muslimah tergolong manusia yang merugi seperti yang dikecam Al-Qur’an, disebabkan terlalai membiarkan waktu kosong tanpa ibadah di masa-masa haid. Hidup hanya sekali, dan setiap detik yang berlalu adalah waktu yang tidak pernah kembali.

Perempuan muslimah yang sedang haid tetap bisa memelihara kedekatan dengan Allah melalui amalan-amalan ringan tersebut. Namun, berhubung semuanya amalan yang tergolong ringan, justru terabaikan bagi sebagian orang dalam mengamalkannya. Aspek niat dari hati inilah yang hendaknya menjadi keutamaan muslimah untuk mengerjakannya.

Islam adalah agama rahmatan lil alamin atau rahmat bagi alam semesta. Tanpa terkecuali, perempuan haid pun mendapatkan limpahan rahmat dari agama suci ini. Sehingga tidak ada sama sekali halangan bagi muslimah meraup pahala di masa haid sekalipun, dan kembali lagi kepada niat mulia setiap individu.




Inilah Puasa yang Pahalanya Setara Berpuasa Setahun

Sebelumnya

Saat Itikaf Dilarang Bercampur Suami Istri, Maksudnya Apa?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Fikih