Ilustrasi skrip kuno Arab/Net
Ilustrasi skrip kuno Arab/Net
KOMENTAR

KAUM Quraisy tidak bisa membiarkan Rasulullah dan kaum muslimin hidup tenang di Madinah. Pihak musyrikin ingin menciptakan kehidupan bagai neraka, dengan cara bersekongkol dengan kaum munafik.

Abdullah bin Ubay dan komplotannya baru belakangan masuk Islam, itu pun dengan setengah hati. Kepada kelompok munafik inilah pihak Quraisy melancarkan tekanan dan hasutan.

Syaikh Shafiyyurrahman dalam buku Sirah Nabawiyah (2014: 220) menceritakan:

Orang-orang Quraisy semakin bertambah marah tatkala orang-orang muslim pergi dan akhirnya mendapatkan tempat aman di Madinah. Oleh karena itu mereka menulis surat yang ditujukan kepada Abdullah bin Ubay bin Salul.

“Sesungguhnya kalian telah menampung orang di antara kami. Kami benar-benar akan memerangi atau kalian mengusirnya, atau biarlah kami mendatangi tempat kalian dengan mengerahkan semua orang kami, hingga kami menghabisi kalian dan menawan perempuan-perempuan kalian.”

Dengan datangnya surat ini Abdullah bin Ubay sudah terpengaruh untuk menuruti perintah rekan-rekannya dan orang-orang musyrik Makkah. Apalagi dia sangat mendendam terhadap Rasulullah yang menurutnya beliau telah merampas kerajaannya.

Surat musyrikin Quraisy mestinya menyulut amarah Abdullah bin Ubay, karena mengandung ancaman akan membunuh dirinya dan kaumnya, bahkan hendak menawan atau memperbudak perempuan-perempuan mereka. Harusnya Abdullah bin Ubay murka disebabkan surat itu melecehkan dirinya sebagai lelaki sejati. Terlebih lagi yang dimasukkan target invasi Quraisy adalah kaum hawa mereka.

Namun, sepucuk surat itu dengan cepat direspons Abdullah bin Ubay, karena dirinya punya dendam membara. Dia tega menghempaskan kehormatan dirinya di atas ancaman yang merendahkan, semata-mata demi memperturutkan suatu motif pribadi.

Kedatangan Nabi Muhammad memupus impian Abdullah bin Ubay hendak menjadi raja di Madinah, karena suku pribumi Aus dan Khazraj lebih percaya kepada Rasulullah sebagai pemimpin. Surat musyrikin Quraisy ibarat menyiram minyak ke bara api dendam Abdullah bin Ubay. Gayung pun bersambut, dia mengumpulkan para pengikutnya guna menyiapkan makar lalu angkatan bersenjata pun dipersiapkan.

Sepucuk surat muslihat itu sampai ke telinga Rasulullah dan membuat beliau segera gerak cepat. Ibarat duri dalam daging, pengkhianatan Abdullah bin Ubay dan komplotannya dapat menjadi pembusukan dari dalam masyarakat Madinah.

Licik sekali cara yang dipakai musyrikin Makkah, namun tindakan pencegahan lekas dilakukan oleh Rasulullah.

Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam bukunya Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 1 (2012: 569) menerangkan:

Dan tatkala berita itu sampai kepada Nabi, beliau menemui mereka dan bersabda, “Telah sampai ancaman Quraisy atas kalian. Tidaklah makar mereka lebih dahsyat dari makar yang sedang kalian rencanakan oleh diri kalian. Kalian hendak memerangi anak-anak kalian dan saudara-saudara kalian sendiri." Setelah mereka mendengar perkataan Nabi tersebut, mereka pun bubar.

Dalam kisah ini terlihat jelas keagungan dan kekuatan Nabi Muhammad dalam menyelesaikan fitnah. Keberanian beliau dalam menghancurkan prinsip kesukuan mereka. Rasulullah menemukan kekosongan jiwa orang yang beliau temui sehingga beliau menyampaikan dakwah yang memberikan pengaruh sangat besar pada hati orang musyrik Yatsrib.

Ancaman Quraisy hendak menyerbu Madinah, membunuhi semua penduduknya dan menawan para perempuan hanyalah pemantik belaka. Karena sejatinya Abdullah bin Ubay memang memendam dendam membara. Pasalnya, mahkota raja Madinah yang hampir saja diraihnya malah pupus. Penduduk Madinah lebih memilih Nabi Muhammad sebagai pemimpin dan beliau tidak memposisikan dirinya sebagai raja.

Mahdi Rizqullah dalam bukunya Biografi Rasulullah (2017: 398) mengungkapkan:

Abdullah ibn Ubay ibn Salul adalah tokoh terkemuka Madinah. Pada saat Rasulullah datang ke Madinah untuk berhijrah, warga Madinah sedang membuat hiasan manik-manik untuk menyambut penobatan Abdullah ibn Ubay sebagai raja mereka.

Akan tetapi, hal itu urung terlaksana karena Rasulullah terlebih dahulu dinobatkan oleh kaumnya sebagai raja dengan mahkota nubuwat. Faktor inilah yang menyebabkan Abdullah ibn Ubay ibn Salul baru masuk Islam belakangan.

Sejak itu, Abdullah ibn Ubay ibn Salul menganggap Rasulullah telah merampas kekuasaannya. Itu sebabnya, ia terus memusuhi beliau. Bahkan setelah masuk Islam pun ia tetap memusuhi beliau dengan kemunafikannya.

Sa’ad ibn Ubadah berkata, “Ya Rasulullah, maafkanlah dia. Sungguh, Allah telah mendatangkan kebenaran yang diturunkan melalui diri Anda. Maklumilah, demi Zat yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepada Anda. Sesungguhnya penduduk negeri ini telah sepakat untuk menobatkannya (menjadi pemimpin mereka). Lalu, ketika Allah menolak penobatan itu melalui kebenaran yang diberikan Allah kepada Anda, dia menjadi murka sehingga begitulah ulahnya di hadapan Anda.”

Biasanya setiap pengkhianatan langsung dihukum mati, sebab perbuatan menikam dari dalam itu besar sekali bahayanya. Namun, Nabi Muhammad punya kearifan tersendiri dalam menghadapi masalah ini. Beliau tidak langsung menghancurkannya, tidak memakai cara-cara kekerasan. Rasulullah memahami kekecewaan seorang yang gagal jadi raja, tetapi beliau tetap waspada karena kemunafikan sangatlah berbahaya.

Mahdi Rizqullah (2017: 399) menjelaskan:

Melihat perilaku Abdullah ibn Ubay ini, kaum kafir Quraisy merasa mendapat kesempatan untuk melancarkan kembali aksi permusuhan mereka terhadap Rasulullah dan para pengikutnya melalui dirinya. Apalagi, dia juga termasuk penganut ajaran yang serupa dengan kaum Quraisy.

Segera mereka mengirimkan surat kepada Abdullah ibn Ubay, berisi provokasi untuk melancarkan aksi tipu daya (politik kotor) terhadap kaum Muslimin, dan mengulang kembali peran yang dulu pernah dimainkan orang-orang musyrik di Makkah kepada Rasulullah dan para sahabatnya.




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Sirah Nabawiyah