KOMENTAR

Beliau bersabda, “Tidak.”

Maka mereka berkata, “Kami akan mencukupi pemeliharaannya, lalu kami akan bersama-sama dalam menikmati hasil panen.”

Mereka berkata, “Kami mendengar dan kami menaatinya.”

Hadis ini memberi pelajaran, bahwa kaum Anshar menawarkan kepada Nabi Muhammad agar beliau membagi kebun mereka, untuk diberikan secara cuma-cuma kepada kaum Muhajirin. Namun, beliau menolak, dan menginginkan hal lain yang tidak memberatkan kaum Anshar, namun juga tidak membuat kaum Muhajirin merasa lebih rendah, karena hanya menerima pemberian.

Beliau menginginkan kesamaan dan kesetaraan. Maka kaum Anshar berkata kepada kaum Muhajirin, agar mereka membantu dalam merawat kebun kurma, lalu bersama-sama dalam menikmati hasil panen. Maka Rasulullah menyetujuinya. Dan mereka pun mau mendengar dan taat.

Semula kaum Anshar ingin membagi kebun-kebun mereka menjadi dua bagian, separuh untuk mereka dan separuhnya untuk saudara-saudara Muhajirin. Namun, Rasulullah menolak tawaran tersebut. Kemandirian kaum Muhajirin lebih baik bagi harga diri mereka, daripada hanya menjadi penerima belas kasihan.

Semula memang sempat berlaku aturan tentang bolehnya waris-mewarisi di antara Muhajirin dan Anshar, sebagai wujud kemuliaan jalinan persahabatan dalam bingkai agama Islam. Kemudian hari aturan begini dibatalkan oleh Allah semata-mata demi kemaslahatan yang lebih besar.

Surat Al-Anfal ayat 75, artinya:

“Dan orang-orang yang beriman setelah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka mereka termasuk golonganmu. Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) menurut Kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Dengan demikian, Nabi Muhammad menjadikan mereka bersaudara untuk saling membantu. Saking eratnya hubungan persaudaraan itu, sempat terjadi saling mewarisi di antara kaum Muhajirin dan Anshar. Apabila orang Anshar ada yang meninggal dunia, maka dia mewariskan hartanya untuk saudara seiman dari kalangan Muhajirin. Kemudian hari aturan waris-mewarisi di antara Muhajirin dan Anshar tersebut dihapus, tetapi persaudaraan mereka tetap dipertahankan.

Namun, yang tidak akan pernah dilupakan adalah sikap tahu diri dan sikap murah hati yang melegenda di antara Muhajirin dan Anshar. Siapa yang murah hati maka Allah tinggikan derjat kemuliannya dan siapa yang tahu diri Allah curahkan karunia yang berkah.




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Sirah Nabawiyah