KOMENTAR

BOIKOT yang demikian kejam tak kunjung meluruhkan tapak-tapak dakwah Rasulullah, yang ada beliau makin teguh dalam syiar tauhid. Semakin keras siksaan pihak musyrikin malah menjadi energi besar bagi perjuangan Nabi Muhammad dan barisan muslimin yang menyertainya.

Para pemuka Quraisy makin cemas sebab gaung agama Islam sudah melampaui gunung-gunung yang mengitari Mekah. Demi menciptakan suatu kompromi, para pemuka Quraisy pun kembali melobi Abu Thalib.

Terlebih dulu mereka menegaskan penghormatan terhadap Abu Thalib sebagai tokoh yang dimuliakan. Agar tidak terjadi permusuhan yang berlarut-larut, puluhan pemuka Quraisy mendesak Abu Thalib menuntun keponakannya Nabi Muhammad menerima konsep kompromi; agar dirinya mau menerima sesuatu dari mereka, dan sebaliknya, mereka akan menerima sesuatu dari Nabi Muhammad.

Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam buku Sirah Nabawiyah (2020: 77-78) menceritakan:

Di antara sosok-sosok tersebut adalah Utbah bin Rabî’ah, Syaibah bin Rabî’ah, Abu Jahal bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf, Abu Sufyan bin Harb. Pertemuan ini dilakukan di hadapan para tokoh selain mereka yang berjumlah sekitar dua puluh lima orang.

Mereka berkata, “Dia tidak mencampuri urusan kami, demikian juga dengan kami. Desaklah dia agar membiarkan kami menjalankan agama kami seperti halnya kami juga akan membiarkannya menjalankan agamanya.”

Abu Thalib berkata, “Wahai keponakanku! Mereka itu adalah pemuka-pemuka kaummu. Mereka berkumpul karenamu untuk memberimu sesuatu dan mengambil sesuatu pula darimu.”

Kemudian Abu Thâlib memberitahukan kepadanya apa yang telah diucapkan dan disodorkan oleh mereka kepadanya, yakni masing-masing pihak tidak boleh saling mencampuri urusan.

Rasulullah saw. berkata kepada mereka, “Bagaimana pendapat kalian bila aku katakan kepada kalian satu kalimat yang bila kalian ucapkan niscaya kalian akan dapat menguasai bangsa Arab dan orang-orang asing akan tunduk kepada kalian?”

Dalam lafazh riwayat yang lain disebutkan bahwa beliau berbicara kepada Abu Thâlib, “Aku menginginkan mereka untuk mengucapkan satu kalimat yang dapat membuat bangsa Arab tunduk dan orang-orang asing akan mempersembahkan upeti kepada mereka.”

Sedangkan dalam lafazh yang diriwayatkan Ibnu Ishaq menyebutkan, “Satu kalimat saja yang kalian berikan, niscaya kalian akan bisa menguasai bangsa Arab dan orang-orang asing akan tunduk kepada kalian.”

Tatkala beliau mengucapkan kalimat tersebut, pihak elite Quraisy berdiri tertegun, dan tidak tahu bagaimana dapat menolak satu kalimat yang penuh manfaat ini.

Kemudian Abu Jahal menanggapi, “Sungguh aku akan memberikanmu sepuluh kali lipatnya.”

Beliau berkata, “Kalian katakan lâ ilâha illallâh’ dan kalian cabut sesembahan selain-Nya.”

Mendengar kalimat tersebut, mereka kebingungan lantas berseru, “Wahai Muhammad! Apakah engkau ingin menjadikan tuhan-tuhan yang banyak menjadi satu saja?”

Kemudian, masing-masing berkata kepada yang lainnya, “Sesungguhnya orang ini tidak memberikan apa yang kalian inginkan, pergilah dan teruslah dalam agama nenek moyang kalian.” Setelah itu, mereka pun bubar.

Nabi Muhammad pun setuju dengan cara kompromi, tetapi caranya adalah dengan menyatu dalam prinsip tauhid. Inilah hakikat ajaran suci yang juga dikibarkan oleh nabi-nabi terdahulu. Akan tetapi, tawaran Rasulullah ini malah membuat kalangan Quraisy membubarkan diri.

Allah Swt. menurunkan firman-Nya yang berkaitan dengan kejadian itu pada Surat Shâd ayat 5-7, yang artinya:

5. “Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sungguh, ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan.”

6. “Lalu pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.”

7. “Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan.”

Demikianlah adanya, yang mana mereka tidak dapat menerima ajaran tauhid yang ditegaskan Islam. Konsep Tuhan Yang Esa malah ditolak oleh kaum musyrikin Quraisy yang mengoleksi banyak sekali macam jenis berhala, bahkan mereka pernah memajang ratusan patung berhala di Ka’bah.

Imam As-Suyuthi pada kitab Asbabun Nuzul (2014: 451) menyebutkan diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, dan dishahihkan oleh Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, suatu ketika Abu Thalib sakit, kemudian orang-orang Quraisy mendatanginya. Nabi Muhammad juga datang. Orang-orang lalu melaporkan apa yang diperbuat Nabi Saw. kepada Abu Thalib.

Abu Thalib bertanya, “Wahai keponakanku, apa yang sebenarnya engkau inginkan dari kaummu?”




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Sirah Nabawiyah