KOMENTAR

Siapalah dirinya yang dalam posisi rendahan, sulit baginya menandingi pamor berkelas istri majikannya sendiri. Posisi Nabi Yusuf sangatah terjepit, kesalahan itu bisa saja ditimpakan pada dirinya, berikut pula segala dampak buruknya.

Kejadian berikutnya makin menarik, seperti yang diungkapkan surat Yusuf ayat 26-29, yang artinya:

Dia (Yusuf) berkata, ‘Dia yang menggoda diriku.” Seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian, “Jika bajunya koyak di bagian depan, perempuan itu benar dan dia (Yusuf) termasuk orang-orang yang berdusta.” (26)

Jika bajunya koyak di bagian belakang, perempuan itulah yang berdusta dan dia (Yusuf) termasuk orang-orang yang jujur.” (27)

“Maka, ketika melihat bajunya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia (suami perempuan itu) berkata, “Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu (hai kaum wanita). Tipu dayamu benar-benar hebat.” (28)

“Wahai Yusuf, lupakanlah ini dan (wahai istriku,) mohonlah ampunan atas dosamu karena sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang bersalah.” (29)

Syaikh Hamid Ahmad Ath-Thahir Al-Basyuni (2008: 366-367) menerangkan:

Wanita itu telah melakukan fitnah dan meminta agar Nabi Yusuf segera dimasukkan penjara atau disiksa. Nabi Yusuf pun berkata dengan perasaan tidak bersalah dan jujur, “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya).

”Sampai akhirnya, ada seorang laki-laki dari keluarga wanita itu yang telah diatur oleh Allah untuk menyelamatkan Nabi Yusuf, lalu laki-laki itu berkata, “Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar dan Nabi Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Nabi Yusuf termasuk orang-orang yang benar.”

Ternyata baju gamisnya Nabi Yusuf koyak pada bagian belakangnya, maka terbuktilah bahwa Nabi Yusuf tidak bersalah, dan suaminya pun berkata kepada istrinya, “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.”

Lisan bisa berdusta, tetapi fakta membentangkan kebenaran, Nabi Yusuf tidak bersalah. Sekeras apapun Zulaikha menuduh Nabi Yusuf berlaku serong, tetapi baju pemuda tampan itu koyak di bagian belakang, bukti agresifnya serangan wanita yang lagi gelap mata.

Demi menyelamatkan martabat keluarganya, Al-Aziz meminta kejadian memalukan itu dilupakan saja, sementara istrinya disuruh bertobat atas dosanya. Suatu sikap lemah yang ditunjukkan Al-Aziz dan tidak menyelesaikan persoalan.

Ibu-ibu sosialita di kota itu pun heboh, cibiran mereka tujukan kepada Zulaikha yang hendak berselingkuh dengan pembantunya. Rendah sekali selera Zulaikha yang serong dengan lelaki rendahan, tidak sebanding dengan level dirinya sebagai bangsawan kerajaan Mesir.

Surat Yusuf ayat 30-32, yang artinya:

Para wanita di kota itu berkata, ‘Istri al-Aziz menggoda pelayannya untuk menaklukkannya. Pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta. Kami benar-benar memandangnya dalam kesesatan yang nyata.” (30)

Maka, ketika dia (istri al-Aziz) mendengar cercaan mereka, dia mengundang wanita-wanita itu dan menyediakan tempat duduk bagi mereka. Dia memberikan sebuah pisau kepada setiap wanita (untuk memotong-motong makanan). Dia berkata (kepada Yusuf), ‘Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka.’ Ketika wanita-wanita itu melihatnya, mereka sangat terpesona (dengan ketampanannya) dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri seraya berkata, ‘Mahasempurna Allah. Ini bukanlah manusia. Ini benar-benar seorang malaikat yang mulia.” (31)

Dia (istri al-Aziz) berkata, ‘Itulah orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena (aku tertarik) kepadanya. Sungguh, aku benar-benar telah menggoda untuk menaklukkan dirinya, tetapi dia menolak. Jika tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan benar-benar akan termasuk orang yang hina.” (32)

Sejarah mencatat bahwa penjara tidak mampu membungkam kebenaran, akhirnya Nabi Yusuf bukan hanya terbebas dari jeruji besi, malahan menjelma menjadi pejabat tinggi Mesir yang berjasa besar menyelamatkan negeri itu dari bencana kelaparan.

Dari kisah Zulaikha, istri pembesar Mesir ini, hendaknya kita meihat dalam perspektif manusiawi. Perempuan memang makhluk yang indah, tetapi dirinya juga menyukai keindahan. Sehingga ada suatu kewajaran tatkala Zulaikha menyukai Nabi Yusuf ataupun mencintainya atau bahkan berhasrat kepadanya.

Bukan hanya Zulaikha, perempuan mana pun dapat terjebak dalam perasaaan tersebut, sekalipun diri mereka sudah bersuami.

Ayat-ayat suci tentang Zulaikha bukanlah untuk menyudutkan haum hawa keseluruhan. Kitab suci memberikan peringatan diri kepada setiap perempuan agar berpandai-pandai menata hati. Bermula dari rasa suka kemudian berujung cinta, tetapi malah berakhir jadi petaka.

Mumpung yang hadir di hati itu baru sebatas rasa suka, maka peliharalah perasaan itu dalam batas yang halal. Lewat sedikit dari batasan yang diperbolehkan agama, selanjutnya akan terbentang berbagai jenis dosa dan juga beragam bencana.




Assalamualaikum dan Semangat Mulia yang Menaunginya

Sebelumnya

Tafsir Keadilan Gender di Antara Mukmin Perempuan dan Mukmin Laki-laki

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tafsir