Foto kenangan Ridwan Kamil bersama sang putra tercinta Eril/ Net
Foto kenangan Ridwan Kamil bersama sang putra tercinta Eril/ Net
KOMENTAR

A PROUD FATHER of Emmeril Kahn Mumtadz, begitu Ridwan Kamil menulis di akhir tulisan "KAPAN KITA PULANG?" yang ia unggah di laman Instagramnya (5/6/2022). Sebuah memoar singkat tentang Eril yang ditulis dari kacamata seorang ayah.

Kang Emil menulis sepenggal kisah tentang amal dan kebaikan putra sulungnya yang menghilang di sungai Aare, Bern, Swiss sejak 26 Mei lalu. Kisah yang ia harap bisa dipetik hikmahnya oleh semua orang.

"Saya tahu betul, Eril jika masih ada, pasti tidak terlalu senang jika amal atau kebaikannya diceritakan. Namun sesuai saran ulama, ini adalah kewajiban saya selaku ayah, dan ini adalah hak dari Eril yang sudah berpulang yang wajib ditunaikan," tulis Kang Emil tentang alasannya menulis "KAPAN KITA PULANG?" saat masih berada di Bern (2 Juni 2022).

Dalam tulisannya, Kang Emil seolah sedang bercakap-cakap dengan putranya. Ia menuliskan rasa takjub saat mengetahui jutaan orang mendoakan Eril.

Dari anak yatim piatu di berbagai pelosok desa, tukang ojek dan tukang becak di sudut-sudut kota, hingga ulama dan penghafal Quran di bumi Palestina yang belum pernah berjumpa dengan Eril.

Mungkinkah doa yang mengalir deras dari jutaan umat manusia itu adalah buah dari kebaikan Eril selama ini, karena ia membelikan baju lebaran untuk anak yatim piatu, mengirim bantuan untuk para duafa, hingga memberi THR para satpam dari uangnya sendiri?

Mungkinkah bait-bait doa yang meluncur dari jutaan masyarakat itu adalah buah dari semangatnya mengajak generasi muda-terutama di Jawa Barat untuk berempati dan membantu mereka yang membutuhkan di saat pandemi?

Mungkinkah lautan doa itu adalah buah dari kepatuhannya kepada orangtua dan kasih sayangnya kepada adik-adiknya?

Kenangan tentang sosok Eril disampaikan oleh teman-temannya di Jabar Bergerak Zillenial yang melihat Eril sebagai pemimpin demokratis dan sangat peduli dengan anggotanya, ajudan pribadinya, hingga sang guru musik yang sangat terkesan dengan penghormatan Eril untuknya.

Bahkan Kang Emil pun menulis bagaimana putranya itu bekerja sambilan sembari kuliah. Eril mengerti bahwa jabatan dan harta yang dititipkan Allah kepada orangtuanya bukan privilege yang bisa dimanfaatkan seenaknya.

Dan kita tahu, besok dan seterusnya, kenangan penuh makna tentang Eril pasti akan semakin banyak terkuak.

"Hidup di dunia sesungguhnya adalah perjalanan, bukan tujuan. Agar perjalanan selamat, maka petunjuk jalan dan bekalnya harus disiapkan. Petunjuk jalan adalah keimanan. Bekal perjalanan adalah anfauhum linnas (yang paling bermanfaat bagi umat manusia), yaitu tas berisi pahala amal-amal kebaikan kita."

Itulah kiranya hikmah terbesar yang dihadirkan Eril untuk kita.

Ia adalah pemuda yang usia biologisnya baru akan memasuki 23 tahun, tapi usia amal salehnya bisa jadi jauh lebih panjang dari kita yang sudah memasuki usia kepala 30, 40, atau bahkan 50 tahun.

Ia adalah seorang pemuda yang mampu menyajikan the best version of himself tanpa merasa terbebani.

Ia adalah anak laki-laki yang pernah tertangkap kamera duduk memandangi tulisan Arab lafaz Allah pada sebuah batu di depan mihrab Masjid Al-Irsyad di Kota Baru Parahiyangan, Bandung Barat yang merupakan karya arsitektur ayahnya.

"Sejak usia 11 tahun, ia sudah merenungkan tentang air dan Qur'an surah ke-11 Hud ayat ketujuh disebutkan 'wa kaana 'arsyuhu 'alal maa'i', Allah menguasai semua yang ada di perairan, itu sudah menjadi renungannya sejak usia 11 tahun," ujar Ustaz Adi Hidayat yang mengenal Eril sejak lama.

Masya Allah!

Foto Eril kecil itu sudah viral selama beberapa hari terakhir, tanpa kita tahu betapa dahsyatnya kisah di balik foto tersebut.

Eril, anak laki-laki itu, tumbuh menjadi remaja mengagumkan. Ia memaknai anfauhum linnas dengan sebaiknya-baiknya. Itulah yang membuatnya memilih mengejar pahala dan surga tanpa bersuara. Tanpa hiruk-pikuk.

Satu per satu kepingan kisah hidup Eril terkumpul, menyatu, lalu bermuara di sungai Aare dalam husnul khatimah, insya Allah.

Air mata memang belum bisa berhenti mengalir dan kesedihan masih menggelayut di hati. Duka itu masih teramat berat untuk dipikul meski iman menjaga diri dari keterpurukan.

Semoga keikhlasan Kang Emil dan Teh Cinta mampu menghadirkan tenang dalam jiwa.

Dan tenanglah kamu di mana pun kamu berada, Ril....




Tegaskan Kenaikan UKT Hanya untuk Mahasiswa Baru, Nadiem Makarim: Yang Lebih Mampu Bayar Lebih Besar, Yang Tidak Mampu Bayar Lebih Sedikit

Sebelumnya

Memahami Nasib Orang Miskin dan Masa Depan Bangsa Akibat Biaya Kuliah yang Mahal

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News