Ilustrasi kanker kandung kemih/Hello Sehat
Ilustrasi kanker kandung kemih/Hello Sehat
KOMENTAR

DALAM rangka memperingati Bulan Kesadaran Kanker Kandung Kemih, Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC), didukung PT Merck Tbk dan PT Prodia Widyahusada Tbk, menggelar seminar dengan tema “Waspada Kanker Kandung Kemih: Kesadaran, Pencegahan, dan Harapan Baru Pengobatan”.

Berdasarkan data 2022 dari Global Cancer Incidence, Mortality, and Prevalence (GLOBOCAN), terdapat 614.298 kasus kanker kandung kemih. Di Indonesia sendiri terdapat 7.381 kasus baru di tahun yang sama, dengan angka kematian mencapai 3.207 jiwa.

Kanker kandung kemih terjadi ketika sel-sel di dalam kandung kemih mulai tumbuh secara tidak terkendali. Gejalanya sendiri dapat bervariasi antara satu individu dengan yang lain, salah satu yang paling umum adalah adanya darah pada urin atau hematuria.

Gejala-gejala yang muncul kerap terjadi pada kondisi yang tidak terlalu serius. Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa setiap gejala merupakan tanda peringatan yang tidak boleh diabaikan, sekecil apapun gejala yang dialami.

“Di sini pentingnya deteksi dini, mengingat umumnya penyakit kanker baru terdeteksi ketika sudah mencapai stadium lanjut. Kegiatan ini akan menjadi jembatan informasi bagi masyarakat awam mengenai gejala kanker kandung kemih yang seringkali diabaikan,” kata Aryanthi Baramuli Putri, Ketua Umum CISC.

Meningkatnya risiko kanker kandung kemih disebabkan oleh berbagai faktor. Baik faktor yang dapat diubah seperti kebiasaan merokok, maupun faktor yang tidak dapat diubah seperti usia dan riwayat keluarga. Penting bagi masyarakat untuk mempelajari faktor risiko kanker kandung kemih untuk membantu dalam membuat keputusan yang dapat menurunkan risikonya.

Pengobatan Kanker Kandung Kemih

Menurut Dr dr Andhika Rachman, SpPD-KHOM, kanker kandung kemih merupakan kanker nomor 4 yang paling umum dialami laki-laki. Meskipun penyebabnya diketahui secara pasti, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi. Jadi, walaupun tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit ini, terdapat langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risikonya yaitu: menghindari rokok, membatasi paparan bahan kimia tertentu, makan-makanan seimbang, banyak buah-buahan dan sayuran, perhatikan berat badan, serta minum banyak cairan terutama air putih.

Setiap pasien dengan kanker kandung kemih memiliki kebutuhan pengobatan yang berbeda. Beberapa opsi pengobatan antara lain pembedahan, terapi intravesika, kemoterapi, radioterapi. Ada pula pilihan pengobatan terbaru seperti terapi target, terapi kombinasi, konjugat obat antibodi, terapi gen hingga imunoterapi anti PD-L1.

Imunoterapi anti PD-L1 merupakan salah satu pilihan terapi maintenance setelah pengobatan kemoterapi.

“Setiap metode pengobatan membawa harapan baru untuk meningkatkan prognosis dan kualitas hidup pengidap kanker kandung kemih. Dengan berkembangnya penelitian dan teknologi medis, terapi-terapi ini dapat memberikan opsi yang lebih efektif dalam penanganan kanker kandung kemih, memberikan harapan bagi para pasien dan keluarga mereka,” ujar dr Andhika.

Kanker kandung kemih dapat terdiagnosis pada usia berapa pun. Namun, risikonya bisa meningkat seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, penting untuk melakukan skrining, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi terkena kanker kandung kemih seperti pernah menderita kanker kandung kemih sebelumnya, mengalami cacat lahir tertentu pada kandung kemih, dan sering terpapar bahan kimia tertentu di tempat kerja.

Tes yang mungkin digunakan adalah urinalisis, sitologi urin, tes rutin untuk biomarker agar dapat membantu menemukan kanker pada tahap awal. Jika jaringan abnormal atau kanker ditemukan sejak dini, maka pengobatan akan lebih mudah untuk dilakukan.




Ingin Otak Lebih Sehat, Turunkan Tekanan Darahmu

Sebelumnya

Ingin Punya Daya Ingat Lebih Baik di Usia Lanjut? 4 Nutrisi Ini Jaga Otak Tetap Aktif

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health