KOMENTAR

LINGKUNGAN bersih tidak hanya membuat masyarakat dapat hidup nyaman tapi juga berpengaruh terhadap semangat untuk menggapai kehidupan yang lebih baik.

Kesadaran memiliki lingkungan yang bersih salah satunya bisa dimulai dari pengelolaan sampah yang ada di sekitar kita.

Farah.id kali ini menghadirkan sosok Ayi Asmita, pemberdaya masyarakat yang menggagas SAMTAMA alias Sampah adalah Tanggung Jawab Bersama, sebuah aksi baik untuk mengedukasi masyarakat tentang kebiasaan memperlakukan sampah.

Kiprahnya yang inspiratif, menjadikan Ibu Ayi terpilih menjadi salah satu dari 21 perempuan Penggerak Literasi Ibu Ibukota Awards 2021. Mereka merupakan sosok perempuan yang berjuang di bidang kesehatan, bidang lingkungan, bidang kewirausahaan, bidang pendidikan, dan bidang pemberdayaan.

IBU Ibukota Awards adalah sebuah wadah apresiasi yang mengangkat kisah para perempuan penggerak #AksiHidupBaik yang ada di seluruh penjuru kota Jakarta. Digagas oleh Fery Farhati, istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ibu Ibukota Awards menjadi ajang penghargaan tahunan yang digelar sejak tahun 2019.

Ibu Ayi menggaungkan kesadaran bahwa sampah merupakan tanggung jawab semua anggota masyarakat dengan membuat bank sampah dengan slogan SAMTAMA.

“Berawal tahun 2017, saya melihat tumpukan sampah di Jl. Percetakan Negara V, dari situ saya menerapkan sampah pilah, dengan pengurangan sampah organik dengan maggot (belatung pemakan sampah organik) dan dengan bank sampah. Maggot memakan sampah organik wilayah, 1 kilogram maggot makan 5 kilogram sampah organik. Saya memberdayakan warga dengan kelembagaan wilayah untuk membuka ketahanan pangan yaitu budidaya lele dan bercocok tanam di urban farming,” ungkap Ibu Ayi tentang awal niatnya memperbaiki lingkungan saat terpilih menjadi Ketua RW 01 Kelurahan Rawasari, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Dalam perjalanan mengedukasi warga, Ibu Ayi mengaku banyak tantangan yang dihadapi. Namun dengan itikad baik untuk menjadikan kehidupan yang lebih baik, semua bisa diselesaikan dengan baik. Ia mencontohkan sebuah pengalaman yang tak terlupakan saat mengejar pengendara motor yang seenaknya membuang sampah padahal kondisi wilayah sudah bersih dan asri.

“Saat ini bagi masyarakat, sampah mungkin dianggap hal yang menjijikkan, bau, padahal sampah ketika sudah kita olah bisa kembali menjadi rupiah,” kata Ibu Ayi sembari menyebut ada warga yang bisa membeli sepeda untuk anaknya dari hasil pemilahan sampah.

Sejak awal sosialisasi program SAMTAMA tentang memilah sampah, Ibu Ayi mendatangi sendiri rumah-rumah warga. Ia tak segan memungut sampah dan membersihkannya. Menurutnya ada saja warga yang mengeluhkan peraturan memilah sampah tersebut. “Akhirnya saya menunjuk satu Ketua RT untuk membuat tutorial tentang sampah pilah. Alhamdulillah, semua warga sudah mulai melakukannya.”

Untuk menerapkan kebiasaan baik itu, Ibu Ayi meminta para Ketua RT untuk memastikan semua warga menjalankannya. Jika ada warga yang meminta tanda tangan Ketua RT untuk pengurusan surat dan sebagainya, pastikan dulu warga tersebut aktif ikut kerja bakti, memilah sampah, dan melakukan penghijauan di rumahnya.

Menurut Ibu Ayi, cara itu terbukti efektif untuk memotivasi warga menjalankan program SAMTAMA. Dari 9 gerobak sampah yang dulu ‘sampah’ ke Bantar Gebang, kini tersisa 4 gerobak dengan sampah yang berkurang hampir separuh.

Tak cukup dengan maggot dan bank sampah, pandemi COVID-19 yang menghantam Indonesia pada bulan Maret 2020 membuat Ibu Ayi berpikir untuk menciptakan ketahanan pangan di wilayahnya.

Maka dimulailah pembuatan kolam gizi dan hidroponik yang diperuntukkan bagi para warga. Dengan memberlakukan one gate system di daerahnya, Ibu Ayi berharap warganya tidak harus keluar wilayah untuk membeli kebutuhan hidup. Kolam gizi menghasilkan panen ikan nila dan ikan lele yang bisa dinikmati seluruh warga di 17 RT yang ada di RW Ibu Ayi. Demikian juga dengan urban farming.

Pemberlakuan one gate system di wilayah tersebut kemudian mendapat perhatian dari Polda Metro Jaya dengan dijadikan sebagai Kampung Tangguh Jaya (KTJ) lalu menerima bantuan CSR dari Polres Jakarta Pusat untuk membuka kios penyedia kebutuhan hidup sehari-hari.

Kiprahnya dalam pemberdayaan masyarakat tak hanya diapresiasi Ibu Ibukota Awards. Menurut Ketua Penggerak PKK Kelurahan Rawasari Dita Cucu Kartika, Ibu Ayi juga menjadi kader PKK berprestasi yang mewakili Provinsi DKI Jakarta dalam Proklim, sebuah program yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup.

Apa yang dijalankan warga RW 01 Kelurahan Rawasari ini seharusnya mampu menginspirasi warga di wilayah lain untuk bisa berdikari dan berkontribusi bagi lingkungan. Bisa dikatakan, inilah tatanan masyarakat yang ideal dan sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan.




Tetap Aktif di Usia 83 Tahun, Ros Yusuf Sekolahkan Anak Yatim Piatu dan Dhuafa Demi Pendidikan yang Adil Merata

Sebelumnya

Henny Christiningsih, Membawa UMKM Batik Go Global

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Paras Jakarta