KOMENTAR

MENJADI seorang Miss Muslimah World tidak pernah ada di mimpi seorang Mahya Polyglot. Namun menyandang status sebagai seorang Miss Muslimah World 2021 menjadi tantangan dan tanggung jawab baru bagi wanita asal Iran ini.

Menurut Mahya, memenangi kompetisi muslimah seperti yang diikutinya bukan hanya bicara soal hadiah atau uang yang diperolehnya. Tapi bagaimana kita bisa menyampaikan pesan bahwa muslimah di mata dunia sangat baik. Dan juga kita mewakili wajah hijabi di dunia.

"Dari kecil saya sering melihat acara-acara lomba kecantikan, tapi tentunya itu bertentangan dengan keyakinan saya, karena mereka harus mempertontonkan kemolekan tubuh. Tapi begitu saya tahu ada kontes Miss Muslimah World, saya langsung ikut. Tujuan saya saat ini ingin memberika. Banyak kontribusi pada dunia," kata wanita yang genap berusia 21 tahun pada Mei lalu, saat mengisi talkshow Beauty Perspective di acara Halal Beauty Expo 2021, Senin (23/8).

Hijab Bukan Pilihan

Bagi seorang Mahya, hijab bukanlah pilihan. Maklum saja, ia terlahir dari keluarga muslim, di mana dalam keluarganya seorang anak yang sudah menginjak usia 9 wajib mengenakan hijab.

Namun, keputusan untuk terus memakai hijab atau tidak, sepenuhnya ada di tangan Mahya. Semakin besar Mahya percaya bahwa ada tanggung jawab yang harus diembannya saat memutuskan terus memakai hijab, yaitu menunjukkan kepada dunia bahwa hijab adalah ciri khas wanita muslimah dengan perilakunya yang baik.

"Saat saya sekolah di China, suatu hari saya diajak teman-teman pergi ke klab malam. Ajakan itu tentu saja saya tolak. Saat itu saya bilang ke teman-teman, mungkin bagi kamu semua hijab saya hanya sekadar kain biasa, scarf, atau hanya penutup kepala. Tapi bagi seorang hijabi, tidak pantas kalau berada di klab malam. Itu mengapa saya senang berhijab, karena hijab menjaga saya dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik," kenang wanita yang pandai 9 bahasa ini.

Percaya Diri dengan Hijab

Hingga saat ini, banyak muslimah yang tidak percaya diri, menganggap hijab tidak bisa membuatnya untuk mengeksplorasi kemampuan, atau malu-malu bertindak dengan alasan untuk menjaga kemiskinannya. Menurut Mahya itu salah.

"Tenang saja, untuk hal ini kita tidak perlu memedulikan pendapat orang lain yang menjudge apa tentang hijab kita. Yang paling penting sekarang adalah memikirkan apa yang kita bisa tawarkan pada dunia. Talent apa yang kita miliki," saran dia.

Seperti halnya Mahya, ia percaya diri dan terus mengeksplor diri dengan kemampuannya berbahasa. Bahkan ia memiliki konten di salah satu YouTube channel yang membahas tentang bahasa.

Perlahan tapi pasti, banyak orang yang tertarik dengan kemampuannya. Bahkan mereka tidak mempermasalahkan hijab yang dikenakan. Jadi tenang saja, tetap semangat dan tunjukkan potensi diri.

"Bersyukur kamu lahir di zaman sekarang, di mana kalau dulu memakai hijab itu identik dengan pakaian yang gerah, terlihat tidak nyaman. Tapi sekarang, banyak model hijab dengan bahan-bahan yang nyaman dipakai. Dan yang terpenting, meskipun berhijab kita dapat melakukan aktivitas apapun yang diinginkan," celotehnya.

Cantik Adalah Personaliti

Bagi seorang Mahya, kecantikan bukanlah bagaimana memukau orang lewat penampilan luar. Cantik identik dengan inner beauty dan personaliti.

"Good attitude, good personality, kamu baik, kamu cerdas, bermanfaat bagi banyak orang, otomatis kamu akan terlihat cantik dan menarik. Tidak perlu make up tebal, pakaian mewah, atau apapun. Cukup perbaiki diri, berbuat baik kepada sesama, memiliki wawasan yang luas, itu akan membuatmu cantik di mata siapa saja," ujar Mahya.

Bahasa Itu Super Power

Sosok Nelson Mandela sangat menginspirasi Mahya Polyglot untuk mempelajari banyak bahasa. Ada satu ucapan Nelson Mandela yang sangat mengena di hati Mahya, yaitu "ketika.kamu berbicara dengan menggunakan bahasa ibu si lawan bicara, maka semua ucapanmu tidak hanya sampai di kepala, tapi sampai ke hatinya."

Mahya memiliki cita-cita untuk mengenalkan Islam ke seluruh dunia, jadi sangat penting baginya untuk belajar banyak bahasa agar apa yang disampaikannya mengena dan tidak sia-sia.

"Tidak semua orang paham bahasa internasional, bahasa Inggris. Tetapi ketika kita berbicara dalam bahasa ibu mereka, tanpa banyak alasan mereka langsung mencintai kita. Apa yang ingin kita sampaikan pun akan diterimanya dengan baik. Jadi kita bisa lihat begitu besarnya kekuatan bahasa," demikian Mahya.




Pengabdian Masyarakat Prodi Psikologi Universitas Binawan: Gelar Skrining dan Edukasi Kesehatan Mental Remaja di MA As-Syafi’iyah 01 Jakarta

Sebelumnya

“Reparasi” Pakaian Mengurangi Limbah Fesyen di Fashion Revolution Week Sejauh Mata Memandang

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel C&E