Sloan Bui (14 bulan) tersenyum saat mengikuti uji klinis vaksin/Net
Sloan Bui (14 bulan) tersenyum saat mengikuti uji klinis vaksin/Net
KOMENTAR

PARA dokter di Amerika Serikat mengatakan bahwa kesempatan untuk mengalahkan pandemi Covid-19 akan bergantung pada berapa banyak anak-anak dan remaja yang divaksinasi. Terlebih lagi gelombang varian delta telah menciptakan krisis global pandemi Covid-19.

Saat ini di AS, balita bahkan bayi berusia 6 bulan telah menjalani tes vaksin Covid-19 untuk memastikan keamanan vaksin bagi anak-anak lainnya.

Jika masih banyak orang ragu tentang vaksin untuk anak, bagi beberapa orangtua, ternyata tidak sulit mengambil keputusan untuk mengizinkan anak-anak mereka menjadi volunteer uji klinis vaksin Covid-19.

Ada orangtua yang pernah mengalami kehilangan anak akibat penyakit yang tidak terduga dan mereka tak ingin orangtua lain mengalami kepedihan yang sama. Ada orangtua yang ingin anak-anak mereka kembali ke sekolah dan bermain bersama teman-teman dengan aman. Tanpa harus memakai masker, dan tanpa khawatir dengan varian baru virus corona maupun komplikasi seperti MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children).

Ini kisah mereka.

"Kehilangan yang menyakitkan"

Pasangan Michael Calloway dan Rebecca tidak pernah membayangkan kehilangan balita mereka yang sehat dan energik, Ailish (3) akibat penyakit yang tak terduga.

Hanya dalam hitungan beberapa hari setelah dirawat di RS akibat pembengkakan pada otaknya, Ailish meninggal dunia. Ia menderita diabetes tipe 1 yang tidak terdiagnosis. CDC mengatakan bahwa diabetes tipe 1 adalah penyakit yang tidak bisa dicegah.

"Kami kehilangan anak perempuan akibat penyakit yang tidak bisa kami kendalikan. Tapi Covid-19 adalah sesuatu yang bisa kita kendalikan. Vaksin terbukti bekerja untuk jutaan warga Amerika," ujar Michael.

"Kami bisa menjadi bagian dari upaya memastikan masyarakat bahwa (vaksin) ini aman. Ini akan menjaga anak-anak kita. Dan ini juga akan menjaga mereka yang tidak bisa divaksinasi," tambah Rebecca.

Kedua anak mereka, Georgia (7) dan Lochan (2) mengikuti uji klinis vaksin Moderna. Lochan bahkan bisa dibilang sebagai seorang "veteran" karena saat berusia dua bulan, ia telah berpartisipasi dalam uji klinis vaksin meningitis.

Mengapa Michael dan Rebecca berani memasukkan anak-anak mereka dalam uji coba vaksin?

Kematian pada anak akibat meningitis, diabetes tipe 1, dan Covid-19 memang terbilang langka. "Namun Anda pasti tak akan mau menjadi bagian dari statistik itu. Saya tak ingin orang lain merasakan sakitnya kehilangan anak. Itu akan sangat menghancurkan hidup Anda lebih dari apa yang pernah Anda bayangkan," kata Rebecca.

Sejarah kehidupan Michael dan Rebecca memperlihatkanbetapa berbahayanya seseorang yang tidak mendapat vaksin. Ayah Michael hampir meninggal karena batuk rejan dan adik neneknya ada yang meninggal karena difteri. Sementara itu nenek Rebecca menderita polio dan terserang rubella saat hamil. Pamannya kemudian lahir dalam keadaan tuli serta memiliki masalah pada jantung dan otaknya.

"Kami menyaksikan apa yang bisa terjadi bila seseorang tidak mendapat vaksin. Hal itu sangat nyata terjadi dalam keluarga kami."

"Tanpa vaksin anak, hampir mustahil memiliki herd immunity"

Spesialis bedah anak dr. CJ Bui dan istrinya yang seorang ahli bedah, dr. Erin Biro memutuskan ikut terjun merawat para pasien Covid-19. Mereka menyaksikan bagaimana Covid-19 merusak pasien hingga orang-orang muda meninggal akibat Covid-19. Dengan hadirnya varian baru, Dr CJ dan istrinya memutuskan mendaftarkan ketiga anak mereka untuk menjadi sukarelawan vaksin Covid-19 Pfizer.

"Kami merasa yakin untuk berpartisipasi dalam uji klinis vaksin. Tentu saja selain anak-anak kami mendapat vaksin, ini menjadi kesempatan untuk memperluas vaksinasi demi melawan Covid-19," ujar dr. Erin.

Ketiga anak mereka yang ikut dalam uji klinis vaksin Covid-19 adalah Ellie (6), Christian (3), dan Sloan (14 bulan). Ketiganya mulai mendapat suntikan pada bulan Juni.

Pada fase kedua, keluarga tidak mengetahui anak mana yang mendapat vaksin atau plasebo. Enam bulan setelah suntikan kedua barulah diumumkan, dan mereka yang mendapat plasebo akan mendapat vaksin. Ellie, Christian, dan Sloan tidak mengalami efek apa pun setelah vaksinasi.

dr. CJ dan dr. Erin mengevaluasi risiko dan keuntungan mengikuti uji klinis vaksin anak, baik dari sudut pandang mereka sebagai dokter maupun sebagai orangtua.

"Jika kita serius membaca data yang ada, risiko vaksin terbilang lebih rendah dibandingkan jenis pengobatan lain. Itulah yang menambah keyakinan kami untuk mendaftarkan anak-anak dalam uji klinis. Selain itu, vaksin menjadi sangat penting untuk menekan virus corona sebelum bermutasi menjadi varian yang lebih berbahaya. Dan tanpa vaksinasi anak, hampir mustahil kita memiliki herd immunity," ujar dr. CJ.




Fokus Jaga Kualitas, Pembiayaan Korporasi Bank Mega Syariah Tumbuh 30%

Sebelumnya

Hari Pertama Sekolah Rakyat Dimulai, Harapan untuk Pendidikan Merata Berkualitas

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News