Pasangan ahli bedah ini juga mengkhawatirkan MIS-C—yang meskipun terbilang langka tapi bisa terjadi pada anak-anak beberapa minggu setelah infeksi virus corona.
Dan sebagai orangtua, keduanya menginginkan anak-anak bisa belajar kembali di kelas. Kembali ke sekolah full time dengan aman. "Dan rasa aman itu, untuk kami, berarti vaksinasi," tegas dr. Erin.
"Aku akan menyelamatkan dunia!"
dr. Charles Mugera, seorang ahli penyakit dalam di Maryland mengisahkan hari-harinya berhadapan dengan pasien Covid-19. Bagaimana ia memasukkan mereka ke ICU, bahkan banyak di antara mereka sekarat di lantai karena tidak mendapat tempat tidur.
"Berangkat bekerja menjadi hal yang sangat menakutkan. Tidak hanya menghadapi apa yang akan terjadi pada pasien tapi juga apa yang akan terjadi pada kami—tenaga kesehatan. Vaksin ini mengubah keadaan," kata dr. Charles.
Ia melihat naiknya angka vaksinasi berbanding lurus dengan menurunnya angka kasus Covid-19. Tidak hanya angka kematian, angka rawat inap, dan infeksi yang turun tapi juga penularan berkurang karena orang yang divaksinasi tidak menularkan penyakit.
"Jelaslah bahwa untuk mengakhiri pandemi adalah dengan melindungi diri kita dan vaksinasi anak-anak. Mereka (anak-anak) mungkin memang tidak terlalu berisiko pada kematian dan penyakit parah, tapi mereka tetap menularkan," ujar dr. Charles.
Istrinya, dr. Kabuiya Ruth Mugera adalah seorang dokter anak. Dr. Kabuiya juga percaya bahwa anak harus mendapat vaksin untuk melawan Covid-19. Karena itulah ia mendaftarkan kedua putranya, Gerald (12) dan Christian (9) untuk uji klinis vaksin Moderna.
Namun karena uji klinis membutuhkan pengambilan darah untuk pemantauan antibodi sedangkan Gerald ternyata mengalami kesulitan dalam hal itu, Christian yang akhirnya terpilih. Christian mendapat 2 dosis vaksin Moderna dengan dosis penuh orang dewasa pada setiap suntikan. Dan ia tidak merasakan efek samping vaksinasi.
"Agak sulit meyakinkan anak-anak untuk ikut uji klinis. Saya jelaskan kepada mereka apa itu vaksin, bagaimana vaksin melindungi mereka, dan bagaimana mereka bisa mendapatkan kehidupan mereka kembali. Bagaimana mereka bisa traveling, mengadakan pesta ulang tahun, dan bisa kembali ke sekolah," kenang dr. Kabuiya.
Kedua putranya kemudian memahami bahwa vaksinasi adalah jalan menuju kehidupan normal. Gerald yang telah berusia 12 tahun akhirnya mendapat vaksinasi. Keluarga ini pun telah merencanakan untuk liburan ke luar negeri.
Christian yang awalnya ragu untuk divaksinasi, kini sudah bisa bermain bersama teman-temannya tanpa masker. Ia juga bangga menjadi sukarelawan uji klinis karena berarti ia menolong anak-anak lain. Christian kini memiliki 'mantra' baru menghadapi Covid-19, "Kita akan menyelamatkan dunia. Kita akan mengubah dunia."
Pentingnya Uji Klinis Vaksin Covid-19 Untuk Anak
Untuk uji klinis vaksin Covid-19 Moderna tahap fase pertama, semua partisipan divaksinasi dengan tingkatan dosis berbeda-beda tanpa plasebo. Keluarga mengetahui dosis yang diberikan pada anak mereka, baik 50 mikrogram atau 100 mikrogram per dosis. Sedangkan partisipan yang berusia 6 bulan sampai 2 tahun bisa mendapat 3 dosis—25, 50, atau 100 mikrogram.
Analisis sementara akan menentukan dosis mana yang akan diberikan pada fase kedua termasuk pengembangan studi menggunakan plasebo.
Dr. James Campbell, kepala investigasi penelitian vaksin anak Moderna di University of Maryland School of Medicine mengatakan orangtua tidak perlu khawatir tentang overdosis.
"Takaran dosis itu sangatlah kecil. Jika si kecil memakai setengah atau bahkan dosis ganda, itu semua masih dalam takaran yang sangat kecil. Tidak ada yang mengalami overdosis dengan jumlah sekecil itu. Apakah 100 mikrogram menyebabkan 10% demam dan 50 mikrogram menyebabkan hanya 5% demam? Itulah yang ingin kami pelajari," tegas Dr. James.
Para ilmuwan ingin memastikan dosis mana yang menjadi kombinasi tepat untuk efikasi tinggi dan memiliki efek paling minimal.
Lalu bagaimana anak kecil juga bayi dapat memberitahu orangtua jika terjadi efek pascavaksinasi? Dr. Julia Garcia-Diaz, kepala investigasi vaksin Covid-19 Pfizer untuk anak di RS khusus anak Ochsner New Orleans menjelaskan bahwa sama seperti anak lain yang sedang sakit, mereka akan menjadi rewel. "Mereka ogah makan, rewel, dan hanya menangis. Orangtua tentu sudah terbiasa dengan perilaku anak-anak mereka," kata Dr. Julia.
Ia pun setuju bahwa efek vaksinasi hampir selalu muncul pada dua minggu pertama dan pasti dalam satu atau dua bulan pertama. Setelah itu barulah tubuh memproduksi antibodi. Vaksin telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Apa yang terjadi di luar itu biasanya tidak terkait dengan vaksinasi.
Banyak orangtua yang antusias berpartisipasi dalam uji klinis vaksin. Mereka menelepon dan penasaran kapan anak-anak mereka bisa memulainya.
Pfizer telah memulai uji klinis vaksin Covid-19 anak sejak Maret dan berharap bisa mendapat emergency use authorization dari FDA (Food and Drug Administration) untuk anak usia 2 hingga 11 tahun pada September mendatang. Adapun Moderna, jika uji klinis berjalan lancar, vaksin untuk anak usia di bawah 12 tahun bisa didapat akhir tahun atau di awal tahun 2022, seperti dilansir CNN.
KOMENTAR ANDA