Persiapan sarana dan prasarana untuk menunjang rencana pelaksanaan pembelajaran tatap muka/ Net
Persiapan sarana dan prasarana untuk menunjang rencana pelaksanaan pembelajaran tatap muka/ Net
KOMENTAR

MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyatakan akan membuka lagi sekolah-sekolah yang selama ini diliburkan karena pandemi. Pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) tersebut diputuskan berdasar pertimbangan mentalitas anak dan tingginya angka kekerasan pada anak akibat pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Namun Nadiem menegaskan, ada beberapa hal yang tidak boleh dilaksanakan di sekolah saat PTM berlangsung. Yaitu tidak ada kegiatan olahraga, ekstrakulikuler dihentikan, dan penutupan kantin sekolah.

Menanggapi hal ini, dr Bob Wahyudin, spesialis anak di RS Siloam Hospital Makassar berujar, ada baiknya jika PTM ditunda terlebih dahulu, sampai hal-hal yang mendukung kegiatan sekolah tatap muka tersebut bisa disediakan dengan baik.

"Merujuk pada rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada baiknya sekolah tatap muka itu ditunda dan lebih baik melanjutkan pembelajaran jarak jauh," kata dr Bob dalam Bincang Sehat bersama RMOL.id, Jumat (2/4).

Ada tiga poin penting yang harus diperhatikan, baik oleh orangtua, pihak sekolah, maupun pemerintah jika ingin melaksanakan PTM.

1. Kesiapan Anak

Terlebih dahulu, orangtua harus menyiapkan anak untuk kembali ke sekolah. Hal tersebut meliputi, apakah anak sudah paham tentang 3M (menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan memakai masker), apakah anak memiliki penyakit penyerta atau bawaan (komorbid), dan apakah ada anggota keluarga yang lansia.

Lalu, pastikan anak tidak jajan di sekolah. Bekali mereka dengan makanan sehat dari rumah dan ajarkan untuk tidak berbagi makanan dengan teman.

"Ditakutkan, jika ada orang yang sudah berumur di rumah, anak yang berangkat ke sekolah akan membawa virus ke dalam rumah," ujar konsultan pernapasan anak tersebut.

2. Transportasi

Pilih transportasi yang paling aman untuk anak berangkat ke sekolah.

"Lebih baik mengantar anak dengan kendaraan pribadi. Jika terpaksa memakai angkutan umum, jelaskan apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dilakukan anak selama berada di angkutan umum tersebut," ucap dia.

3. Kesiapan Sekolah

Ini tidak hanya soal apakah guru sudah mendapatkan vaksinasi atau belum. Tapi terkait pula dengan kesiapan unit kesehatan sekolah (UKS). Seberapa cepat UKS mampu mendeteksi anak yang sedang sakit dan kemudian sesegera mungkin membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat.

"Guru juga tidak boleh kendor. Jangan mentang-mentang sudah divaksin, prokesnya ditinggalkan," tegasnya.

Sekolah juga wajib memberikan opsi kepada orangtua, mau belajar secara tatap muka atau online. Berikan kebebasan kepada orangtua untuk memilih, sesuai dengan kesiapan mereka dan si pelajar.

"Memang pemerintah telah memberikan opsi sekolah hybrid, kadang masuk, kadang online. Tentu saja cara ini mampu mengurangi penularan covid-19. Tapi seberapa efektifnya, kita belum tahu," ucap dr Bob.

"Itulah mengapa sampai sekarang IDAI tetap merekomendasikan sekolah online. Terkait masalah mental anak, semua bisa dikembalikan pada pola asuh orangtua. Intinya, jangan main-main dengan kesehatan anak. Jika memang semua persiapan untuk sekolah tatap muka sudah dilakukan dengan baik, silahkan saja dilaksanakan," sarannya.

 




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News