Ilustrasi Jaya Suprana dan BJ Habibie/Net
Ilustrasi Jaya Suprana dan BJ Habibie/Net
KOMENTAR

DALAM perbincangan pribadi dengan mahaguru epistemologi saya, Presiden III Republik Indonesia, Prof. Baharuddin Jusuf Habibie, saya sempat bertanya tentang bagaimana proses kreatifitas beliau sehingga berhasil menciptakan teori keretakan pada pesawat terbang yang kini digunakan oleh segenap industri pesawat terbang bahkan pesawat luar angkasa.

Mr. Crack

Sambil memandang dengan mata bola dan tersenyum ramah Pak Habibie mengoreksi pertanyaan saya dengan klarifikasi bahwa sebenarnya beliau bukan menciptakan namun menemukan teori keretakan pada pesawat terbang yang senantiasa bahkan niscaya bisa terjadi pada pesawat terbang yang merupakan hasil karya manusia yang tidak sempurna akibat manusia mustahil sempurna.

Menurut Pak Habibie keretakan pada pesawat terbang merupakan keniscayaan kodrati yang sudah selalu ada maka meresahkan segenap industri pesawat terbang. Adalah pak Habibie yang terpanggil untuk mencari solusi atas risiko keretakan pesawat terbang yang jelas mengancam keselamatan nyawa manusia.

Syukur alhamdullilah, dalam mencari solusi Pak Habibie berhasil menemukan cara untuk menanggulangi resiko keretakan pesawat terbang yang kemudian dirumuskan oleh sang putra terbaik Nusantara menjadi sesuatu yang di dalam ilmu kedirgantaraan disebut sebagai teori keretakan sehingga pak Habibie dianugrahi julukan Mr. Crack.

Archimedes Sampai Hawkings

Pengakuan Pak Habibie mengingatkan saya kepada kisah penemuan teori-teori sains yang merubah peradaban dunia mulai dari Archimedes, Galileo, Newton, Pascal, Mendel, Einstein sampai Hawkings. Pada hakikatnya segenap tokoh pemikir akbar itu bukan menciptakan namun menemukan ihwal dahsyat yang ikut membentuk peradaban di planet bumi ini.

Pengakuan Pak Habibie membuka kesadaran saya atas kehadiran sesuatu kalbu senantiasa bahkan niscaya menyelubungi segenap aspek kehidupan atau bahkan keberadaaan pada alam semesta yang siap ditemukan oleh mereka yang mau dan mampu menemukannya.

Misteri

Mahamatematikawan supra jenius asal India, Srinivasa Ramasunyam di awal abad XX menghebohkan masyarakat matematika dunia. Anak muda otodidak ini secara tidak masuk akal sehat berhasil membuka tabir kalbu alam semesta dengan menemukan ratusan rumus matematemika yang kemudian ikut mendukung penemuan hipotesa kirakiramologis tentang keberadaan apa yang disebut sebagai lubang hitam di jagad raya. Para arsitek dan pembangun candi Borobudur mampu dan mau menemukan cara membangun bangunan monumental skala dahsyat menggetar sukma yang sampai masa kini masih merupakan misteri bagaimana masyarakat Nusantara pada masa lalu itu mampu membangun sebuah bangunan peradaban Buddhisme terbesar di planet bumi ini.

Pahlawan nasional Indonesia, Ismail Marzuki berhasil membuka tabir misteri kalbu alam semesta sehingga mampu menemukan tata bahasa melodi dan harmoni lembut menggetar sukma seperti Lambaian Bunga dan Fajar Harapan. Sampai saat naskah ini ditulis, saya masih belum berhasil menjelaskan bagaimana Iskandar mampu menemukan alur gerak harmoni sedemikian rumit yang terkandung di dalam lagu mahaindah kekal abadi mengharubiru lubuk sanubari: Bandar Jakarta.

Pada usia 8 tahun, pianis tunanetra merangkap autis Indonesia, Michael Anthony mendadak secara otodidak mampu mempergelar tiga mahasonata pianoforte akbar Ludwig van Beethoven: Pathetique, Moonlight, Appasionata.

Kalbu Alam Semesta

Namun tidak semua misteri di antara bumi dan langit bisa dijelaskan dengan daya pemikiran manusia yang memang tidak sempurna. Apalagi penjelasan sebenarnya sudah tersirat pada kalbu alam semesta yang memang senantiasa dan niscaya sudah “ada” namun belum disadari bahwa “ada” maka belum ditemukan oleh manusia dengan segala keterbatasan dan ketidaksempurnaan daya pikirnya.

Pada hakikatnya adalah tugas bagi umat manusia untuk senantiasa bahkan niscaya terus berjuang mencari kesempurnaan demi terus-menerus tanpa henti berikhtiar mendekatkan diri ke kesempurnaan atas kesadaran bahwa manusia mustahil sempurna. Ketidaksempurnaan jangan sampai menjadi pesimisme namun justru optimisme yang terkandung di dalam falsafah Kaizen mau pun Ojo Dumeh yaitu apa yang sudah dianggap benar pasti lebih benar akibat di atas langit pasti masih ada langit.

Perjuangan umat manusia mencari kebenaran yang terselubung kalbu alam semesta justru merupakan enerji utama demi menggerakkan mekanisme gerak peradaban. Pada saat umat manusia berhenti mencari kebenaran di balik tabir kalbu alam semesta maka berhenti pula gerak peradaban. Selama planet bumi masih berputar berarti peradaban yang mandeg berhenti di tempat adalah peradaban yang mundur.

Penulis mempelajari kalbu alam semesta
 




Viral, Seorang Terapis Diduga Lakukan Kekerasan kepada Anak Penyandang Autisme

Sebelumnya

Menggratiskan Tes PCR Pasti Mampu Jika Mau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Jaya Suprana