Samira Nasr ditunjuk sebagai pemimpin redaksi Harper's Bazaar yang baru/CNN
Samira Nasr ditunjuk sebagai pemimpin redaksi Harper's Bazaar yang baru/CNN
KOMENTAR

MAJALAH fashion bergengsi dunia, Harper's Bazaar menyita perhatian publik pekan ini setelah menunjuk pemimpin redaksi baru. Dia adalah Samira Nasr.

Dia merupakan pemimpin redaksi kulit hitam Harper's Bazaar pertama dalam 153 tahun sejarah majalah tersebut.

Samira Nasr, yang baru-baru ini adalah direktur mode eksekutif di Vanity Fair, akan memimpin edisi majalah tersebut di Amerika Serikat bulan depan.

Nasr, wanita kelahiran Montreal ini akan menggantikan pemimpin redaksi sebelumnya, Glenda Bailey, yang mengumumkan pada Januari lalu bahwa dia mengundurkan diri setelah hampir 19 tahun memimpin redaksi majalah tersebut.

Dalam sebuah video yang diunggah ke media sosial, dia menggambarkan perasaan yang merasa terhormat karena terpilih untuk pekerjaan bergengsi tersebut.

"Sebagai putri kebanggaan seorang ayah Lebanon dan ibu Trinidadian, pandangan dunia saya luas dan berakar pada keyakinan bahwa representasi itu penting," kata Nasr.

"Lensa saya pada dasarnya penuh warna, dan karenanya penting bagi saya untuk memulai babak baru dalam sejarah Bazaar dengan menyinari semua orang yang saya percaya adalah suara-suara inspiratif dari zaman kita," sambungnya, seperti dimuat CNN (Selasa, 9/8).

Dalam video berdurasi dua menit itu, Nasr menguraikan visinya yang luas untuk Harper's Bazaar.

Selain memperluas fokus judul, dia juga berharap untuk mempertahankan posisi majalah tersebut sebagai majalah mode di dunia saat ini.

"Saya percaya bahwa Harper's Bazaar dapat memberikan yang terbaik dalam mode, sambil menjadi tempat di mana masyarakat dapat bersama-sama merayakan seni, musik, budaya pop dan juga belajar tentang isu-isu penting yang kita sebagai perempuan hadapi saat ini," katanya.

"Seperti perjuangan untuk hak asasi manusia, hak reproduksi kita dan rintangan yang kita hadapi saat kita berjuang untuk kesetaraan dalam dunia kerja," tekannya.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News