Per Februari 2021 lalu, setidaknya ada 43 ribu anak di negara itu diperkirakan telah kehilangan setidaknya satu orang tua karena Covid-19/Net
Per Februari 2021 lalu, setidaknya ada 43 ribu anak di negara itu diperkirakan telah kehilangan setidaknya satu orang tua karena Covid-19/Net
KOMENTAR

SIAPA yang paling menderita dari pandemi Covid-19? Tentu banyak pihak. Namun salah satu yang paling menyakitkan adalah ribuan anak yang harus menjadi yatim atau piatu, atau bahkan yatim piatu, karena Covid-19 merenggut nyawa orangtua mereka. 

Fenomena tersebut banyak ditemui di Amerika Serikat.

Salah satu cerita datang dari Ebony James, seorang ibu berusia 49 tahun yang harus menjadi janda. Sedangkan tiga anaknya harus menjadi anak yatim secara tiba-tiba karena ayahnya meninggal dunia akibat Covid-19. 

Ketiga anaknya menjadi pendiam dan pemurung seketika setelah menghadapi kematian ayah mereka, Terrence, karena Covid-19 pada Februari lalu. 

Bukan hanya itu, selain duka mendalam, Ebony James juga harus menghadapi sederet tagihan. Mulai dari tagihan medis sang suami yang dirawat di rumah sakit karena terinfeksi virus corona, tagihan pengacara yang mengurus perubahan nama kepemilikan rumah yang mereka tempati, hingga tagihan pemakaman.

Kematian sang kepala keluarga yang mendadak itu juga membawa perubahan besar dalam kehidupan James dan ketiga anaknya. Sang ibu tidak mampu membayar polis asuransi kesehatan bagi anak-anaknya.

Selain itu, putrinya juga harus meninggalkan sekolah menengah bergengsi dan pindah ke sekolah biasa di lingkungan mereka. 

Covid-19 Renggut Banyak Orangtua Dari Anak-Anak

James rupanya tidak sendiri, permasalahan serupa juga dihadapi oleh banyak orang di negeri Paman Sam. 

Menurut sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di JAMA Pediatrics, di seluruh Amerika Serikat, banyak keluarga yang bergulat dengan kehilangan seperti yang dialami James. 

Per Februari 2021 lalu, setidaknya ada 43 ribu anak di negara itu diperkirakan telah kehilangan setidaknya satu orang tua karena Covid-19.

Hal ini menyebabkan lonjakan dramatis hingga 20 persen dari kematian orang tua dibandingkan dengan tahun-tahun biasa.

Salah satu rekan penulis studi tersebut yang juga merupakan profesor sosiologi dan studi spasial di University of Southern California, Emily Smith-Greenaway menjelaskan bahwa pada kebanyakan kasus, kepergian salah satu, atau kedua orangtua akibat Covid-19 merupakan mimpi buruk bagi masa depan anak. 

Pasalnya, hal ini bukan hanya menyebabkan kehilangan tragis bagi anak-anak, tetapi juga dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, tantangan di sekolah dan kesenjangan ekonomi yang berlangsung selama bertahun-tahun.  

“Orang-orang menghadapi kerugian ini di tahun yang lebih terisolasi dan genting secara ekonomi bagi banyak keluarga,” kata Smith-Greenaway kepada Al Jazeera awal pekan ini. 

Penelitian yang sama juga menemukan bahwa anak-anak kulit hitam terpengaruh secara tidak proporsional. Pasalnya, meskipun mereka hanya terdiri dari 14 persen anak-anak di Amerika Serikat, namun mereka mewakili 20 persen dari mereka yang kehilangan orang tua karena Covid-19. 

Menjadi Janda Tiba-Tiba

Cerita lain datang dari seorang ibu bernama Laura Guerra yang berusia 33 tahun. Dua hari setelah merayakan ulang tahun pertama putrinya, Emilia, dia menyaksikan sendiri dari balik kaca saat suaminya yang berusia 33 tahun bernama Rodrigo, menghembuskan napas terakhirnya pada Malam Natal tahun lalu.

"Saya ingat baru saja memukul jendela dan berkata tidak, saya tidak percaya ini terjadi. Dia sehat sebulan lalu," kata Guerra. 

"Saya berdiri di sana dan mengawasi sampai jantungnya berhenti begitu saja," ujarnya, mengenang kenangan pahit yang dia rasakan. 

Sejak saat itu, hidupnya pun banyak berubah. Dia tidak menyangka bahwa dia akan menjadi janda secara tiba-tiba. 

“Ada banyak ketakutan yang datang begitu saja, banyak hal yang tidak diketahui,” kata Guerra. 

“Saya harus menjual rumah kami. Saya harus menjual mobil kami. Saya tidak dapat membayar ibu mertua saya untuk menjaga putri saya lagi. Saya harus bekerja penuh waktu," tandasnya.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News