KOMENTAR

 

KETIKA  menjejakkan kaki di Romania, sebuah negara bekas komunis di Eropa Timur, sangat sulit mencium bau khas Islam di sana karena penduduknya mayoritas beragama Kristen Orthodoks. Namun sejarah dan kondisi geografis yang berdekatan dengan Turki, membuat negara ini memiliki sejarah panjang tentang Islam.

Hanya 0,3 persen dari total populasi masyarakat Romania yang beragama Islam. Namun ternyata, Islam telah masuk ke kawasan ini sejak 700 tahun lalu. Dobruja Utara, sebuah kota pantai dekat Laut Hitam, menjadi tempat Islam pertama kali disemai di Romania. Adalah umat muslim yang berasal dari Kekaisaran Ottoman (saat ini negara Turki) dan suku bangsa Tatar yang pertama kali membawa Islam ke Romania. Saat itu, Dobruja Utara memang menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman, hingga banyak muslim yang bermigrasi ke daerah ini. Islam pun menjadi satu dari 16 kepercayaan yang diakui pemerintah.

Namun pada tahun 1877-1878, terjadilah perang Russo-Turkish yang membuat Dobruja Utara menjadi bagian dari Romania. Meskipun demikian, pada saat itu umat muslim masih bisa mempertahankan kepercayaan dan menentukan status mereka.

Kondisi tersebut berubah ketika rezim komunis berkuasa di Romania pada tahun 1947 hingga 1989. Pada masa itu, Islam berada dalam pengawasan ketat pemerintah. Komunitas muslim Dobruja mengalami penindasan. Setelah tahun 1948, semua properti dari lembaga-lembaga Islam menjadi milik negara. Pada tahun berikutnya, sistem pendidikan negara mewajibkan tiap sekolah memisahkan anak-anak muslim Tatar dan Turki dengan murid-murid yang lain, bagian dari upaya mengasimilasi komunitas Tatar. Kebijakan pemisahan pendidikan ini dihentikan pada tahun 1957.

Setelah Revolusi Romania tahun 1989, barulah masyarakat muslim Romania bisa memperoleh kebebasan sepenuhnya. Bahasa Tatar dan Turki kembali ditambahkan ke kurikulum untuk anggota komunitas masing-masing. Pada tahun 1993, Madrasah Medgidia dibuka kembali dan Sekolah Tinggi Teologis dan Pedagogic dinamai sesuai dengan nama Presiden Turki, yaitu Mustafa Kemal Atatürk. Sekolah itu kemudian diangkat ke status National College, yang dikenal di Romania sebagai Colegiul Național Kemal Atatürk. Sejak 1990-an, perwakilan resmi komunitas muslim mempertahankan hubungan dekat dengan organisasi non-pemerintah internasional seperti Liga Dunia Muslim.

Saat ini, umat Islam Romania dipimpin oleh seorang Mufti yang berkedudukan di Constanta. Constanta adalah kota pelabuhan yang terkenal dengan keindahan pantainya. Denyut nadi kota ini baru semarak ketika musim panas tiba. Para wisatawan dari seluruh penjuru Romania dan Eropa, tumpah ruah di kota ini saat matahari bersinar hangat. Dari ibukota Romania, Bucharest, hanya dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan dengan menggunakan mobil menuju Constanta.

Salah satu bukti peninggalan Islam di Romania adalah Masjid Agung Constanta (Marea Moschee din Constanța) yang masih berdiri tegak hingga saat ini. Masjid Agung Constanta dibangun di atas lahan yang sebelumnya merupakan lahan Masjid Mahmudia yang dibangun pada tahun 1822.

Masjid Mahmudia dibangun oleh Hafiz Husseyin Pasa dan dinamakan seperti nama Sultan Kerajaan Ottoman, yaitu Sultan Mahmud II. Pada tahun 1910, raja Romania, yaitu Raja Carol I memugar masjid ini. Pembangunan dimulai pada 24 Juni 1910 dan selesai pada tahun 1912. Untuk mengenang jasa Raja Carol I, masjid ini kemudian juga dikenal dengan nama Masjid Carol I.

Lokasi Masjid Carol I sangat strategis, yaitu di kawasan kota tua Constanta yang kaya akan bangunan indah dan bersejarah. Kini pemerintah Romania menetapkan masjid yang diarsiteki Victor Ștefănescu ini sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi kelestariannya.

Sekilas, masjid Carol I tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan masjid-masjid yang ada di Indonesia. Diameter kubahnya 8 meter, dengan ketinggian 25 meter. Sedangkan tinggi menaranya adalah 47 meter. Namun disain masjid ini sangat cantik, konon merupakan perpaduan gaya neo-egyptian, neo-byzantine, dan sedikit sentuhan neo-romanesque. Dari kejauhan, simbol bulan dan bintang di atas kubahnya sudah terlihat.

Ketika memasuki pintu utamanya, kita akan langsung melihat loket pembelian tiket. Jika ingin masuk dan melihat keindahan arsitektur masjid ini, dikenakan biaya sebesar 5 RON (sekitar Rp 16.000). Saat akan membeli tiket masuk, penjaga loket akan bertanya dengan ramah, “Apakah Anda muslim? Jika Anda muslim, Anda boleh masuk tanpa membayar.”

Di halaman depan masjid yang dibangun sejak tahun 1910 ini, terdapat beberapa keran air untuk berwudhu. Kemudian ketika memasuki bangunan masjid, kita langsung dapat melihat mimbar untuk khutbah dan sajadah yang digelar untuk membentuk shaf-shaf shalat. Kita juga boleh naik ke atas menara masjid setinggi 25 meter yang hanya dilengkapi tangga.

Namun kelelahan saat menaiki tangga menara, terbayar tuntas ketika kita tiba di puncak. Keindahan kota Constanta dapat terlihat jelas dari sini. Yacht dan perahu berbaris rapi di tepi dermaga, juga cakrawala senja yang membelah lautan berwarna biru tua dan langit berwarna biru muda terlihat menyejukkan mata. Tempat yang tepat bagi kita untuk menyaksikan keagungan Tuhan.

Hingga kini, Masjid Agung Constanta masih digunakan olah umat muslim yang tinggal di kota Constanta. Persis di sebelah masjid, terdapat kantor perkumpulan Muslim Tatar di Romania. Azan berkumandang lima kali sehari, meski tanpa pengeras suara. Shalat Jumat pun rutin dilakukan. Masjid Carol I menjadi saksi sejarah dan telah melewati berbagai rezim di Romania, mulai dari masa kerajaan, komunis, hingga masa demokrasi.

Tentang Drakula

Salah satu hal yang diingat orang tentang Romania adalah sebagai tempat asal Drakula. Dalam novel yang ditulis oleh Bram Stoker pada tahun 1897, dikisahkan seorang vampir bernama Count Drakula yang berasal dari Transylvania kemudian berpindah ke Inggris untuk mencari mangsa baru dan teman berbagi kutukan hidup abadi.

Transylvania adalah sebuah kawasan yang berada di Romania. Meskipun Drakula penghisap darah hanya rekaan Bram Stoker, namun sang penulis terinspirasi dari tokoh yang benar-benar ada. Tokoh ini bernama Vlad III atau Vlad Tepes. Sedikit banyak, tokoh Drakula berhubungan dengan Islam di Romania, karena Vlad Tepes adalah tokoh yang berpengaruh dalam perang antara Wallachia (nama lama dari kawasan Romania modern) dan kekaisaran Ottoman.

Konon setelah Konstantinopel jatuh ke tangan Kekaisaran Ottoman (Utsmaniyah) pada tahun 1453, Sultan Mehmed II ingin membereskan kawasan-kawasan yang menentang kesultanannya. Salah satunya adalah Wallachia yang menguasai tepi kiri sungai Danube. Sultan Mehmed II ingin menguasai sungai Danube karena serangan-serangan laut dilancarkan melalui sungai ini.

Pada tanggal 26 September 1459, Paus Pius II menyerukan Perang Salib melawan Kekaisaran Ottoman. Namun rencananya untuk melaksanakan Perang Salib gagal, dan satu-satunya pemimpin Eropa yang masih mendukungnya untuk melaksanakan Perang Salib adalah Vlad Tepes yang merupakan pemimpin Wallachia.

Sekutu Vlad Tepes, Mihalu Szilagyi, ditangkap pasukan Ottoman pada tahun 1460 saat melintasi Bulgaria. Pasukan Szilagyi disiksa sampai mati, sementara Szilagyi dibunuh dengan cara digergaji menjadi dua. Belakangan pada tahun itu, Sultan Mehmed mengirim utusan kepada Vlad Tepes untuk mendesaknya membayar jizya (pajak yang dikenakan untuk orang non muslim) yang tertunda. Vlad Tepes menolak membayar jizya dengan cara membunuh utusan tersebut.

Pada akhir November 1461, Vlad Tepes menulis surat kepada Sultan Mehmed II bahwa ia tidak mampu membayar jizya karena perang melawan Saxon of Transylvania telah mengosongkan keuangannya. Akhirnya pada Kamis, 17 Juni 1462, pecahlah pertempuran yang dikenal dengan The Night Attack at Targoviste (Serangan Malam di Targoviste). Vlad Tepes menyerang Bulgaria dan menusuk 23.000 warga Turki dengan sebilah tombak dan menancapkannya di tanah hingga tewas. Sultan Mehmed II kemudian mengirimkan pasukan besar untuk menaklukkan Wallachia. Kedua pemimpin bertempur dalam serangkaian peperangan. Dan yang paling terkenal adalah malam saat Vlad Tepes menyerang kamp Ottoman dalam upaya membunuh Sultan Mehmed II.

Namun upaya pembunuhan gagal, kemudian Sultan Mehmed kembali mengirimkan pasukan ke ibukota Wallachia, Targoviste. Di sana, ia menemukan tambahan 20.000 orang dari Kekaisaran Ottoman yang ditusuk dengan tombak yang ditancapkan ke tanah. Pada 1462, Vlad Tepes turun tahta untuk kali kedua sebagai pemimpin Wallachia. Ia digantikan adiknya yang memeluk Islam, Radu Cel Frumos.

Karena kekejamannya membunuh orang-orang Ottoman dengan membabi-buta, Vlad Tepes kemudian diberi gelar Vlad the Impaler. Kekejamannya inilah yang kemudian menginspirasi Bram Stoker untuk menciptakan tokoh bengis bernama Dracula. ( Teks&foto :Tussie Ayu Riekasapti )




Belajar tentang Self-Love dari Sosok Ira Nandha

Sebelumnya

Dari Kuliner hingga Skincare, Inara Rusli Fokus Mengembangkan Bisnis

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Entertainment