“TANGGUH itu bukan tanpa luka. Hebat itu selalu kembali pulang—pada diri sendiri dan anaknya.”
Menjadi ibu di zaman ini sering terasa seperti lomba tanpa garis akhir. Media sosial menampilkan potret “ibu sempurna” yang selalu sabar, produktif, berpenampilan rapi, dan anaknya pun tumbuh bahagia.
Tapi di balik layar, banyak ibu—terutama para remaja putri yang kelak akan menjadi ibu, para milenial, dan ibu muda hari ini—yang sedang belajar berdamai dengan kenyataan bahwa hidup tidak selalu seindah unggahan.
The Unbreakable Mom mengajak kita semua untuk mendefinisikan ulang makna “tangguh.” Ibu tangguh bukan berarti tidak pernah menangis, tidak pernah lelah, atau selalu kuat setiap saat. Justru, ketangguhan sejati terlahir dari keberanian untuk mengakui: “Aku sedang tidak baik-baik saja,” lalu tetap memilih bangkit, meski perlahan.
Menjadi ibu bukan tentang mengejar kesempurnaan, tapi tentang hadir dengan kejujuran.
Tentang memilih untuk mendengarkan tawa anak, meski di dalam dada masih menyimpan letih. Tentang berani berkata “cukup” ketika dunia menuntut terlalu banyak. Karena ibu hebat bukan yang menaklukkan segalanya, melainkan yang mampu tetap lembut pada dirinya sendiri.
Melepaskan ekspektasi “sempurna” bukan berarti menyerah. Justru di sanalah ruang untuk tumbuh, untuk mencintai diri sendiri, dan untuk menciptakan versi terbaik dari keibuan yang nyata—penuh air mata, tawa, dan pelukan hangat.
Sebab pada akhirnya, ibu yang tak tergoyahkan bukanlah yang tak pernah jatuh, melainkan yang selalu pulang. Pulang pada dirinya. Pulang pada anaknya. Pulang pada cinta yang tak pernah habis.



KOMENTAR ANDA