Pejabat pemerintah setempat menutup kantor dan sekolah usai menemukan virus nipah kembali menyerang/Net
Pejabat pemerintah setempat menutup kantor dan sekolah usai menemukan virus nipah kembali menyerang/Net
KOMENTAR

DUA orang warga India dilaporkan meninggal dunia akibat virus nipah. Virus ini pertama kali muncul di India pada 2018 dan menjadi penyakit yang paling mematikan, di mana dari 18 warga yang terinfeksi, hanya satu orang saja yang selamat. Sedangkan 17 lainnya meninggal dunia.

Virus ini dikenal sangat langka dan mematikan, sebab hingga saat ini ahli tidak pernah menemukan obat maupun vaksin yang dapat mengatasinya. Saking mematikannya, infeksi ini disebut dapat menyebabkan ensefalitis janin atau radang otak pada janin.

Dan setelah lima tahun berlalu, kabarnya virus nipah kembali menyerang India. Al Jazeera melaporkan, virus tersebut saat ini sedang menjangkiti negara bagian Kerala di India Selatan. Sudah dua warga dikabarkan meninggal dunia.

Lebih dari 130 warga telah menjalani tes untuk mengetahui seberapa besar virus ini telah menginfeksi warga. Dan Kerala telah menutup beberapa sekilah, kantor, dan transportasi umum sejak Rabu (13/9) kemarin.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), virus Nipah (NiV) pertama kali ditemukan pada 1999 di perternakan babi. Menyerang para peternak dan orang lain yang merupakan kontak erat. Pada tahun ini, NiV menyerang warga Malaysia dan Singapura.

Ketika itu, tercatat hampir 300 kasus terjadi dan menyebabkan 100 kematian. Dan kemudian, sebanyak lebih dari 1 juta babi dimusnahkan untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini.

Namun setelah itu, baik Malaysia maupun Singapura tidak pernah lagi melaporkan kejadian serupa. Tetapi, kasus-kasus seperti ini tercatat hampir setiap tahun terjadi di beberapa wilayah Asia, seperti di Bangladesh dan India.

NiV adalah virus zoonosis yang penyebarannya antar hewan dan manusia. Hewan inangnya adalah kelelawar buah (genus pteropus), yang juga dikenal sebagai rubah terbang. Virus ini ditularkan melalui air liur atau urin hewan yang terinfeksi.

Kontaminasi awal dari hewan ke manusia dikenal sebagai peristiwa limpahan (spillover event). Begitu seseorang terinfeksi, penyebaran dari manusia ke manusia dapat terjadi. Infeksi pada manusia berkisar dari infeksi tanpa gejala hingga infeksi saluran pernapasan akut dan ensefalitis yang dapat menyebabkan koma dalam waktu 24-48 jam.

Ensefalitis ini memiliki angka kematian 40-75 persen, di mana menurut data WHO, merak ayang selamat dari ensefalitis akut dapat pulih sepenuhnya, tetapi kondisi neurologis jangka panjang telah dilaporkan terjadi pada mereka yang selamat. Misalnya, gangguan kejang dan perubahan kepribadian.

Sebagian kecil yang selamat kemudian kambuh atau mengalami ensefalitis yang tertunda.




Bintang Puspayoga: Angka Perkawinan Anak Menurun dalam Tiga Tahun Terakhir

Sebelumnya

Lebih dari 200 Rumah Rusak, Pemerintah Kabupaten Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Selama 14 Hari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News