Tim kesehatan Kerala, India memeriksa kalelawar diduga jadi penyebab penyebaran virus nipah di wilayah tersebut/NET
Tim kesehatan Kerala, India memeriksa kalelawar diduga jadi penyebab penyebaran virus nipah di wilayah tersebut/NET
KOMENTAR

GUNA mencegah penularan virus Nipah atau NIV masuk ke Indonesia, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia akan meningkatkan kewaspadaan di pintu masuk. Salah satunya meminta para Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dari negara yang sudah terjangkit Virus Nipah untuk segera ke fasilitas kesehatan (faskes), terutama jika mengalami gejala yang umumnya terdapat pada virus mematikan tersebut. 

"Kami juga akan meningkatkan kewaspadaan bersama Kementan (Kementerian Pertanian) dan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) untuk kejadian di satwa liar," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi, kepada awak media belum lama ini. 

Dia menyebutkan,  NIV menjadi salah satu kekhawatiran masyarakat dunia setelah menewaskan dua warga asal Kerala, India Selatan. Di mana, menurut Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman, virus yang pertama kali teridentifikasi di Malaysia sangat berpotensi menjadi wabah pandemi dan/atau endemi baru dengan kemungkinan meninggal 75 persen bagi para penderitanya.

Dijelaskan, virus yang termasuk ke dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae ini juga dinilai sangat berpotensi masuk ke Indonesia.

"Hingga saat ini belum dilaporkan kasus konfirmasi penyakit virus Nipah pada manusia di Indonesia," jelasnya. 
 
Akan tetapi, menurut dia, beberapa penelitian atau publikasi telah menemukan adanya temuan virus Nipah pada kelelawar buah (genus Pteropus) pada beberapa negara termasuk Indonesia. Karenanya, dr. Nadia mengingatkan para petani buah dan peternak babi serta kambing, untuk meningkatkan kewaspadaan guna mencegah Virus Nipah. 

"Tetap lakukan perlindungan saat mengelola daging mentah, seperti pakai alat pelindung diri (APD) dan bersihkan kandang dengan disinfektan," ujarnya. 

Kemudian, diapun mengimbau agar masyarakat untuk tidak mengonsumsi daging mentah, mencuci buah hingga bersih, dan tidak mengonsumsi langsung produk mentah yang berisiko terserang NIV.

Gejala klinis Virus Nipah yang tidak khas, seperti demam, badan pegal, batuk, pilek, kejang, mengantuk, sampai radang otak adalah pemicu angka fatalitas atau kematian yang tinggi. WHO sebagai organisasi kesehatan dunia menyatakan Virus Nipah berasal dari kelelawar buah yang ditularkan ke babi saat terjadi penebangan hutan secara besar-besaran. Akibatnya, populasi kelelawar berpindah mendekati area peternakan.

Ternak babi yang telah terinfeksi dapat menularkan Virus Nipah ke peternak dan peternak pun dapat menularkannya ke sesama manusia. Proses penularan yang mudah inilah yang menjadikan Virus Nipah diduga bisa berpotensi menjadi pandemi.

Sementara itu, atas kabar NIV telah menyerang wilayah Kerala, India, dan menewaskan dua orang, Duta Besar Indonesia untuk India, Ina Hagniningtyas Krisnamurthi menyebutkan otoritas berwenang telah memberlakukan lockdown di wilayah tersebut. 

Pemerintah Kerala juga telah melakukan sejumlah upaya pencegahan terjangkitnya virus seperti terkait penggunaan masker. 




Bintang Puspayoga: Angka Perkawinan Anak Menurun dalam Tiga Tahun Terakhir

Sebelumnya

Lebih dari 200 Rumah Rusak, Pemerintah Kabupaten Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Selama 14 Hari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News