Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

Pada medan tempur di Badar, kedua pasukan saling berhadap-hadapan. Pasukan musyrikin bergaya dengan congkaknya, sebab yang mereka lihat hanyalah pasukan muslimin yang sangat sedikit jumlahnya. Prajurit Islam mulai dilanda kecemasan, karena berdasarkan hitung-hitungan tidaklah mungkin menang dari musuh yang jumlahnya besar dan persenjataan unggul.

Moenawar Chalil pada buku Kelengkapan Tarikh Jilid 3 (2001: 16) mengutip doa Nabi Muhammad:

Ya Allah, ini kaum Quraisy yang datang dengan congkak dan sombong, mereka memusuhi-Mu dan mendustakan rasul-Mu. Ya Allah, tunaikan janji yang Kau sampaikan pada kami. Ya Allah, binasakan mereka pagi ini.” 

Secara manusiawi, siapapun akan terguncang melihat jumlah musuh teramat banyak. Terlebih lagi kaum muslimin menyadari, Perang Badar haruslah mereka menangkan. Sekiranya pasukan muslimin kalah di perang ini, niscaya musuh akan mudah menghancurkan Islam.

Maka doa yang dipanjatkan Rasulullah mewakili gemuruh hati kaum muslimin. Mereka tidak takut mati demi membela agama, tapi mereka khawatir kekalahan akan membuat eksistensi Islam akan binasa.

Pagi hari itu, Jumat, 17 Ramadhan tahun ke dua Hijriyah, kedua kubu telah mempersiapkan kekuatan masing-masing. Nabi Muhammad langsung bertindak sebagai panglima perang yang bersiaga di garda terdepan. Rasulullah merapikan barisan-barisan pasukan Islam dan memerintahkan mereka agar tidak lebih dulu menyerang sebelum mendapat aba-aba. 

Beliau mengingatkan, “Begitu musuh mendekat, hujani mereka dengan anak panah, pertahankan panah kalian! Jangan menghunus senjata hingga musuh menyerang!” 

Pasukan muslimin sudah bersiaga dengan penuh disiplin. Mereka akan menjadi bagian terpenting dalam sejarah Islam. Siapapun yang ikut Perang Badar, memperoleh kedudukan mulia di dunia dan akhirat. Meskipun tidak akan pernah ada perang yang mudah. 

Tak berapa lama, Rasulullah kembali ke kemah untuk dengan khusyuk memanjatkan pinta ke hadirat Ilahi. Nabi Muhammad berdoa dengan bibir bergetar, “Ya Allah, jika golongan kaum muslimin ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan disembah lagi.” 

Pertaruhan yang membentang di hadapan pasukan muslimin bukan lagi kematian, melainkan keberlangsungan agama Allah. Tiada harapan kemenangan itu, melainkan semata-mata ingin menegakkan kalimat tauhid.

Luar biasa doa yang dipanjatkan oleh Nabi Muhammad, hingga serban beliau jatuh ke tanah. Abu Bakar yang kemudian memungutnya, lalu mengembalikan ke pundak Rasulullah.

Apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan kaum muslimin sudah sesuai dengan tatanan yang diatur dalam agama Islam. Tujuan berperang hanyalah semata membela kebenaran agama Allah. Dan hanya kepada Allah segala bantuan dan pertolongan diharapkan. Tak kalah penting adalah menghapus kesombongan dan kecongkakan dari hati.

Menariknya, Allah Swt menyoroti kondisi pasukan musyrikin yang sibuk dalam keangkuhan mereka. Tujuan berperang kaum Quraisy bukan lagi membela kebenaran melainkan memperturutkan hawa nafsu belaka. 

Surat Al-Anfal ayat 47, yang artinya:

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji (riya) manusia serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Dan Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.”

Kehadiran pasukan musyrikin di Perang Badar diliputi perasaan angkuh dan penyakit riya. Sehingga, sebelum meletusnya peperangan mereka mengadakan pesta meriah dan menikmati minuman memabukkan. Dan pasukan musuh juga menghadirkan hiburan penyanyi wanita beserta gendang sebagai alat musiknya.

Ternyata peperangan yang dikenal tempat yang keras, tidak menyurutkan kemauan kaum Quraisy untuk menghadirkan wanita-wanita penghibur. Mereka diikutsertakan ke medan laga, untuk menyemangati pasukan dengan kemaksiatan. Ayat ini melarang melarang tegas kaum muslimin meniru tingkah polah kaum kafir itu, karena dapat melemahkan diri sendiri. 

Imam As-Suyuthi pada kitab Asbabun Nuzul menyebutkan, diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Muhammad bin Ka’ab bin Al-Qurdzi, ia berkata: ketika kaum Quraisy berangkat dari kota Makkah menuju Badar, mereka membawa serta para penyanyi wanita dan gendang. Maka Allah menurunkan firman-Nya ini. 

Pada Tafsir Al-Misbah, M. Quraish Shihab menerangkan, ayat ini menggambarkan sikap pasukan kaum musyrikin menjelang terjadinya perang. Mereka sebenarnya keluar dari Makkah dengan tujuan menyelamatkan kafilah. Tetapi, dalam perjalanannya, mereka mendapat informasi dari kurir Abu Sufyan bahwa kafilah telah berhasil menghindar dari incaran kaum muslimin. 

Ketika itu, sebagian anggota pasukan musyrik mengusulkan agar mereka kembali saja ke Makkah, karena tujuan telah tercapai tanpa perang. Tetapi Abu Jahal enggan. Dengan angkuhnya, ia berkata:

“Kita tidak akan kembali hingga sampai di Badar, minum khamar, menyembelih unta, serta ditabuhkan gendang oleh penyanyi-penyanyi wanita. Biar suku-suku sekitar mengetahui kehebatan kita.”

Ayat ini melarang kaum muslimin mengikuti jalan yang ditempuh oleh orang-orang kafir itu.  Maksudnya, janganlah kamu meninggalkan tempat menuju medan juang dalam keadaan angkuh serta berbangga-bangga dengan materi dan hiasan duniawi yang kamu miliki, serta bertujuan membendung dan menghalangi dari jalan Allah melalui ucapan dan perilaku kamu yang bertolak belakang dengan ketakwaan. Karena, itu semua memadamkan cahaya iman dalam kalbu dan memperlemah sehingga mengalami kekalahan dan kebinasaan; dan ketahuilah bahwa pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu.

Dalam pandangan Islam, kehadiran wanita penyanyi dan alat musik dalam pasukan Quraisy dipandang sebagai salah satu bentuk pelemahan moral dan penyimpangan dari jalan yang benar. Islam mengajarkan pentingnya integritas moral, kesederhanaan, dan ketaatan kepada Allah dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam situasi perang.

Ketika Rasulullah dan pasukan muslimin menyemangati diri dengan bertaqarrub kepada Allah Swt, sedangkan pasukan Quraisy menyemangati diri mereka dengan wanita-wanita penghibur dan musiknya. Terdapat perbedaan mencolok dari perjuangan di antara kedua kubu, sehingga wajar pula akan terdapat perbedaan hasil yang dibuktikan di medan tempur.(F)




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Sirah Nabawiyah