KOMENTAR

FILOSOFI Jawa “nguwongke uwong” diartikan sebagai memanusiakan manusia.

Dalam Islam, salah satu cara untuk memanusiakan manusia adalah melalui pendidikan. Hakikat pendidikan adalah meningkatkan harkat dan martabat manusia yang perwujudannya akan memanusiakan manusia.

Pendidikan sejatinya adalah proses untuk mengubah potensi diri melalui proses berpikir. Pendidikan seharusnya menjadikan seseorang mampu mengharmonisasikan potensi rohaniah, nafsiah, akliah, dan jasmaniah dengan baik. Ketika semua potensi tersebut dapat bersinergi dengan maksimal, maka manusia akan meraih eksistensi dan keberdayaan dalam hidupnya.

Namun sayangnya, banyak orang yang sudah menuntaskan pendidikan tinggi namun ternyata hakikat pendidikan tidak mampu merasuki jiwanya. Mereka sombong dengan luasnya pengetahuan yang mereka miliki hingga gagal memanusiakan manusia, memandang remeh orang lain. Menganggap diri lebih agung dari manusia lain hingga tak sadar telah dikuasai sifat pongah.

Dalam surah Al Isra ayat 70, Allah Swt. berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

Jelaslah bahwa akal dan tubuh yang sempurna dibandingkan makhluk lainnya seharusnya bisa menjadi manusia bermartabat dan mulia. Dan sebagai seorang muslim, kita tahu bahwa semua manusia sama kedudukannya di mata Allah, bukan dilihat dari seberapa tinggi level pendidikan, jabatan, maupun banyaknya saldo di rekening bank.

Seperti ditegaskan Allah dalam ayat ke-13 surah Al-Hujurat yang artinya, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian.”

Jika ayat tersebut mampu kita hayati dengan baik, maka kita tak akan berjalan dengan jemawa di atas bumi Allah. Karena kita menyadari, kita sama dengan semua manusia lainnya. Kita mesti menghargai hak dan kewajiban manusia lain.

Lebih baik kita bersyukur karena dianugerahkan sejumlah kelebihan dibandingkan orang lain dan membimbing mereka yang tak seberuntung kita untuk bisa maju dalam kehidupan ini. Dengan begitulah kita menjadi manusia yang bermanfaat tanpa kehilangan kemanusiaan.

Lantas mengapa masih sulit untuk nguwongke uwong?

Jika saja seorang pemimpin mampu nguwongke uwong, maka terciptalah respect dari yang dipimpin. Itulah rasa, keyakinan, dan tindakan untuk memberikan yang terbaik demi meraih keberhasilan. Dari situlah sinergi pemimpin dan yang dipimpin akan berbuah manis.

Memanusiakan manusia berarti menghargai keberadaan orang lain, sekalipun kita tahu orang itu menduduki posisi lebih rendah dibandingkan kita dalam piramida standar kesuksesan manusia.

Ingatlah, setiap orang pasti memiliki kelebihan dan sudut pandang yang tidak sama, yang bukan tak mungkin justru bisa menjadi solusi dari permasalahan yang kita hadapi. Wallahu a’lam bishshawab.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur