KOMENTAR

LIBUR telah tiba…hatiku gembira. Lirik lagu milik Tasya itu memang menggambarkan suka cita putra-putri kita yang tengah menikmati masa liburan sekolah. Sejumlah orang tua bahkan memutuskan untuk membebaskan anak dari aturan apa pun selama liburan.

Asy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Kepada para orang tua hendaknya memperhatikan anak-anak mereka tatkala musim liburan belajar, menanamkan kepada mereka kecintaan untuk beramal, memanfaatkan waktu dari apa apa yang bermanfaat bagi mereka. Mengawasi dan mencegah mereka berteman dengan orang (berperangai) buruk yang bisa menyesatkan dari jalan Allah.”

Dari anjuran di atas, kita semestinya menyadari bahwa liburan bukan berarti meliburkan pula pembentukan karakter anak yang telah kita bangun dengan susah payah. Jangan sampai ketika anak libur, dia merasa diperbolehkan menjadi orang yang melanggar aturan, orang yang malas, dan orang yang tidak perlu memperhatikan hak orang lain.

Jika kita memiliki kesempatan untuk pergi berwisata bersama keluarga, memang betul, itu adalah sarana refreshing, melepaskan penat pikiran dari berbagai kesibukan selama ini. Karena itu, fokuslah pada kegiatan yang bisa membuat kita menjadi relaks dan senang. Makan bersama, menikmati matahari terbenam di pantai, mendaki gunung, mengunjungi tempat wisata ikonik, atau memilih menghabiskan waktu seharian di dalam vila untuk bercengkerama bersama keluarga.

Namun, pembentukan karakter si kecil jangan sampai bablas. Berlibur bukan berarti salat pun diliburkan. Ada kemudahan jamak dan qashar yang Allah berikan jika memang kita sudah menjadi musafir di daerah atau negeri orang.

Berlibur bukan berarti anak perempuan yang biasanya berhijab lalu tidak berhijab. Berlibur bukan berarti bebas membuang sampah sembarangan. Berlibur juga bukan berarti menghambur-hamburkan uang dengan mubazir untuk membeli segala suvenir.

Perhatikan pula pergaulan buah hati kita, jangan sampai mereka bertemu orang baru yang mengajarkan mereka perbuatan-perbuatan tercela yang dianggap ‘biasa saja’.

Kesenangan tidak lantas berbanding lurus dengan melanggar aturan. Itulah yang mesti kita tanamkan kepada buah hati kita. Berlibur tetap bisa mengasyikkan tanpa kita kehilangan jati diri sebagai hamba yang ihsan.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur