Dedikasi untuk masyarakat dan lingkungan/CNA
Dedikasi untuk masyarakat dan lingkungan/CNA
KOMENTAR

BAGI masyarakat Cianjur, Jawa Barat, botol plastik kosong bisa menjadi penyelamat hidup.

Sejak tahun 2009, Klinik Harapan Sehat, sebuah fasilitas seluas 2.000 meter persegi di jalan pedesaan yang berkelok-kelok di luar Kota Cianjur, telah memberikan perawatan medis dan obat-obatan kepada yang membutuhkan dengan harga 10 botol plastik.

“Saya ingin membuat program berkelanjutan yang tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga memungkinkan orang untuk berkontribusi demi planet ini. Saya berkonsultasi dengan istri saya dan berpikir bahwa satu masalah (yang dapat kami tangani) adalah plastik,” kata pendiri dan direktur klinik tersebut, dokter umum berusia 43 tahun, dr. Yusuf Nugraha.

Sampah plastik adalah masalah besar di Indonesia, dengan 270 juta penduduknya menghasilkan 12,6 juta ton sampah plastik tahun lalu, menurut data Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia.

Sementara itu, sebuah studi dari kelompok lingkungan Zero Waste Indonesia Alliance menunjukkan bahwa hanya sembilan persen sampah plastik di Indonesia yang didaur ulang sementara sisanya berakhir di tempat pembuangan sampah atau mencemari sungai dan lautan negara.

“Saya ingin orang-orang di Cianjur peduli dengan pemanasan global dan perubahan iklim, tetapi ini adalah masalah yang terlalu jauh bagi mereka dan terlalu rumit untuk mereka pahami. Mengurangi penggunaan plastik, mendaur ulang plastic, dan menghentikan plastik mencemari lingkungan adalah pintu gerbang bagi mereka untuk lebih peduli terhadap lingkungan,” kata dr. Yusuf.

Pendiri klinik tersebut mengakui bahwa programnya hampir tidak mempengaruhi upaya pengurangan sampah di Indonesia. Pada hari baik, pasien Harapan Sehat hanya bisa mengirimkan hingga 400 botol ke dua perusahaan daur ulang plastik yang bermitra dengan klinik tersebut.

 

Angka itu hanya setetes di lautan jika dibandingkan dengan 210 ton sampah yang dihasilkan di Cianjur setiap hari, menurut data dari dinas lingkungan hidup kabupaten. Tapi itulah perjuangan.

Meski demikian, dr. Yusuf menegaskan bahwa tekad untuk menjadikan masyarakat sehat tidak berhenti sampai botol plastik bekas.

Klinik tersebut bahkan menjangkau pasien miskin yang tinggal di rumah kayu bobrok dan membangunkan mereka rumah baru yang dibangun dari batu bata yang terbuat dari campuran semen dan butiran plastik.

dr. Yusuf bekerja sama dengan pembuat batu bata setempat yang akhirnya membuktikan bahwa batu bata dengan plastik di dalamnya lebih kuat dan tidak rapuh karena plastik memberikan struktur tambahan pada batu bata.

Pabrik batu bata itu sekarang hanya membuat batu bata bertali plastik, memproduksi dan menjual sekitar 1.000 unit per hari untuk program amal klinik serta pelanggan tetap.

Harapan Sehat telah berkembang. Sekarang mempekerjakan delapan dokter dan sekitar 50 perawat dan staf. Klinik tersebut sekarang memiliki laboratorium sendiri, bangsal unit gawat darurat, kamar untuk pasien rawat inap, apotek kecil, dan toko optik.

Karena status klinik sebagai klinik perawatan primer, semua dokter adalah dokter umum. Namun dr. Yusuf mengatakan Harapan Sehat berupaya meningkatkan statusnya menjadi poliklinik, menyediakan perawatan umum dan spesialis untuk berbagai macam penyakit.

“Dengan cara ini kami dapat memberikan perawatan yang lebih baik dan lebih bervariasi untuk pasien kami, terutama yang kurang mampu,” tegas dr. Yusuf, seperti dilaporkan CNA.




Bali Tawarkan Pariwisata Baru Kolaborasi Seni, Budaya, dan Inovasi

Sebelumnya

Festival Balon Udara 2024 di Wonosobo, Suguhkan Langit Cappadocia Khas Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon