Lebih dari 115 ribu perempuan dan anak tinggalkan Ukraina usai invasi yang dilakukan Rusia/Net
Lebih dari 115 ribu perempuan dan anak tinggalkan Ukraina usai invasi yang dilakukan Rusia/Net
KOMENTAR

PEMINDAHAN ribuan anak Ukraina ke wilayah-wilayah kekuasaan Rusia menuai protes dari berbagai pihak. Di beberapa tempat seperti di Amerika Serikat, aktivis Ukraina di Seatlle berunjuk protes yang tergabung dalam "Bring Our Kids Home".

Dikutip dari Reuters, Rabu (14/6) menyebutkan pihak Rusia telah mengklaim bahwa itu dilakukan atas dasar kemanusiaan dan atas persetujuan keluarga.

“Sekitar 20.000 anak telah dipindahkan secara tidak sah sejak dimulainya invasi Rusia. Dari jumlah itu, kurang dari 400 anak yang dipulangkan,” kata Konsul Ukraina di Seattle Valeriy Goloborodko.

Dalam orasinya, para aktivis menyampaikan pesan mengharukan atas peristiwa tersebut. Disebutkan dalam laman yang sama, para orang tua tampak sedih lantaran anak-anak mereka yang ikut diungsikan ke Rusia menjadi mereka terpisah dari buah hati karena adanya konflik antar negara.

“Sementara langit menangis hari ini, ibu-ibu dan ayah-ayah di Ukraina menangis untuk anak-anak mereka,” ujarnya.

Dikatakan Goloborodko, anak-anak yang diculik orang-orang Rusia, orang-orang Moskow, rezim jahat yang ingin memusnahkan bangsa Ukraina. Anak-anak itu diculik untuk mencuci otak dan mengindoktrinasi, serta mengubah anak tersebut menjadi Ruscist.

"Tetapi itu tidak berhasil,” ungkapnya.

Untuk diketahui, melalui Mahkamah Internasional dilakukan Sidang melawan Rusia dimulai pekan lalu.  Rusia mengatakan, anak-anak hanya dipindahkan dari Ukraina atas dasar kemanusiaan dan selalu atas persetujuan keluarga mereka, kecuali kalau keluarga mereka tidak ada.

Salah sat nya Anna Kyryenko, yang datang ke negara bagian Washington sekitar setahun yang lalu. Anak tersebut, kata dia, mengungsi dari kota Malyn di Ukraina.

“Banyak, banyak anak dibawa pergi oleh Rusia. Bahkan lebih banyak anak mengalami trauma psikologis. Mereka tidak bisa tidur dengan tenang,” jelasnya.

Sementara itu, aksi protes atas kejadian ini juga berlangsung di Washington DC. Kordinator lapangan pengunjuk rasa yang juga seorang aktivis Turkmenistan, Chemen Ore, mengatakan akan terulang peristiwa kelam di Ukraina.

“Kami ingin anak-anak itu dipulangkan. Mereka adalah anak-anak Ukraina. Mereka milik orang tua mereka. Semua anak. Termasuk anak-anak yang sudah mereka bunuh. Ini memilukan. Ini menyedihkan. Ini lara kami,” jelasnya.

Sebelumnya, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Komisaris Rusia untuk Hak Anak Maria Lvova-Belova atas dugaan bertanggung jawab atas kejahatan perang karena mendeportasi secara tidak sah dan memindahkan anak-anak dari Ukraina.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News