Ilustrasi perang/ Pixabay
Ilustrasi perang/ Pixabay
KOMENTAR

KONFLIK bersenjata Sudan tak kunjung usai. Badan Pengungsi PBB, UNHCR, mencatat lebih dari lebih dari 100.000 orang telah melarikan diri dari kekerasan di Sudan ke negara tetangga Chad.

Dalam keterangannya (1/6/2023), UNHCR bahkan memperkirakan jumlah pengungsi tersebut bisa berlipat ganda dalam tiga bulan ke depan.

Konflik hampir tujuh minggu telah mendorong Sudan ke dalam krisis kemanusiaan dan mengubah salah satu kota terbesar di Afrika—ibu kota tiga bagian Khartoum, Omdurman, dan Bahri di pertemuan Sungai Nil Biru dan Putih—menjadi zona perang.

Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, Chad sebelumnya telah menampung hampir 600.000 pengungsi sebelum konflik pecah di Sudan pada bulan April.

Perwakilan UNHCR Chad Laura Lo Castro mengkhawatirkan musim hujan yang akan datang dalam beberapa minggu ke depan.

"Kami membutuhkan logistik yang sangat banyak untuk memindahkan pengungsi dari daerah perbatasan. Kami perlu segera mendirikan kamp baru dan memperluas kamp yang ada," kata Laura, seperti dilansir Reuters.

UNHCR menyebutkan bahwa mereka memerlukan 214,1 juta USD untuk menyediakan berbagai layanan vital bagi para pengungsi di Chad.

Konflik Sudan telah berlanjut selama tujuh minggu. Duel dua jenderal yang membuat tentara Sudan terlibat pertempuran habis-habisan dengan Rapid Support Forces (RSF) itu terjadi sejak 15 April.

Sudan kini menghadapi krisis kemanusiaan, dengan lebih dari 1.800 orang tewas menurut Armed Conflict Location & Event Data Project.

PBB juga mencatat setidaknya 1,6 juta orang mengungsi di dalam negeri atau melintasi perbatasan. Banyak warga Sudan yang melarikan diri ke Mesir, Chad, dan Sudan Selatan.




Kemenkes: 10 Persen Anak Indonesia Mengalami Masalah Penglihatan

Sebelumnya

Imam Besar Masjid Nabawi Berkunjung ke Indonesia, Perkuat Silaturahmi Muslim Arab Saudi-Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News