KOMENTAR

TANGGAL 31 Mei setiap tahun diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau. Peringatan hari tersebut hendaknya menjadi alarm bagi masyarakat, terutama para orang tua terkait angka perokok anak yang kian tinggi. Saking semakin banyaknya anak-anak yang merokok, Indonesia bahkan mendapat julukan Baby Smoker Country dan berada di peringkat kedua negara dengan perokok remaja terbanyak di dunia.

IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa anak-anak disergap paparan yang sedemikian hebat untuk membuat mereka mengenal rokok, mencoba, bahkan tak sedikit yang akhirnya kecanduan merokok.

Data IDAI menunjukkan bahwa tidak hanya remaja putra, sebanyak 55 persen remaja putri juga sudah mulai merokok.

Berikut ini adalah penjelasan IDAI.

Paparan di ruang terbuka (67,2 persen) dan di ruang tertutup (66,2 persen). Merokok sudah menjadi ‘pemandangan’ yang lazim ditemui di mana pun.

Paparan di rumah (57 persen). Anak terbiasa melihat orang di sekitarnya merokok sehingga dia menganggap merokok adalah hal lumrah dan tidak berbahaya.

Paparan di sekolah (56 persen). Anak sulit menolak ajakan teman untuk merokok hingga ada tantangan untuk membuktikan diri sebagai “si keren” dengan merokok.

Salah satu yang menjadi perhatian besar adalah komitmen pemerintah untuk menghapus label buruk Indonesia terkait perokok remaja dan anak-anak.

Regulasi tentang pembatasan penjualan rokok dan pembatasan usia perokok yang ditegakkan dengan tegas tentu menjadi keinginan semua pihak untuk menjadikan negara ini lebih sehat dan bermartabat.




Fokus pada Segmen Ritel, Bank Mega Syariah Perluas Jangkauan Nasabah untuk Halal Lifestyle

Sebelumnya

Direksi Minimarket di Malaysia Didakwa Menghina Agama karena Menjual Kaus Kaki Bertuliskan “Allah”

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News