KOMENTAR

IDUL Fitri yang sudah di pelupuk mata ini hendaknya menyentakkan kesadaran kita untuk segera membekali diri. Termasuk perbekalan yang penting itu adalah memahami adab bertamu dan memuliakan tamu, sebab Hari Raya akan erat hubungannya dengan silaturahmi.

Nabi Muhammad adalah sosok terbaik dalam menghormati tamu. Tapi beliau justru pernah dikerjai oleh tamu-tamu yang kurang memahami sopan santun, sehingga Allah pun menurunkan peringatan.            

Teguran Langit

Kejadian berikut ini bisa kita dapatkan pada kitab Shahih Bukhari dan juga kitab Shahih Muslim. Bahwasanya Anas bin Malik mengisahkan pernikahan meriah antara Nabi Muhammad dengan Zainab binti Jahsy.

Selaku panitia acara, Anas mengundang para tetamu guna menghadiri walimah (kenduri). Rasulullah menyediakan aneka jamuan makanan maupun minuman, semisal roti, daging dan lainnya.

Pesta berlangsung meriah hingga malam hari walimah itu pun selesai. Sayangnya masih ada dua tamu yang duduk bercakap-cakap di rumah Nabi saw. Setelah menunggu cukup lama, keduanya tak jua kunjung pulang. Padahal tamu-tamu lain sedari tadi sudah mengundurkan diri.

Rasulullah melihat istrinya dan anggota keluarga lain telah gelisah. Mereka teramat penat dan butuh rehat. Kelelahan yang tak kalah berat juga melanda Nabi, namun mengusir tamu bukanlah tabiat pribadinya.

Nabi Muhammad pun berdiri sebagai isyarat tidak lagi menerima tamu. Anehnya kedua tamu itu makin seru mengobrol. Melihat tidak kunjung ada respons seperti yang diharapkan, beliau pun keluar dari rumahnya.

Barulah tamu-tamu yang lupa diri itu menyadari kehadiran mereka telah merepotkan. Keduanya pun pulang meninggalkan rumah Rasulullah. Kemudian Anas bergegas menemui Nabi Muhammad mengabari kalau tamu tersebut telah pergi.

Rasul langsung memasuki rumahnya. Dan Anas pun melangkahkan kaki hendak ikut masuk. Namun, niatnya terhalang karena Rasul menurunkan tirai pintu rumahnya. Anas menyadari bahwa memang sudah waktunya memberi kesempatan istirahat bagi tuan rumah.        

Saat itulah turun teguran dari Allah Swt. yang terdapat pada Qs. al-Ahzab ayat 53, yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar.

Mengusir tamu merupakan aib yang tidak baik dalam norma keislaman. Dari itu tamu harus peka dengan sinyal-sinyal bahwa tuan rumah sudah tak nyaman lagi dengan kehadirannya. Boleh jadi tuan rumah berbasa-basi menahan kita agar lebih lama, namun sadarilah jangan sampai silaturahmi dicederai hanya karena kita tak mau saling memahami.

Mari Berakhlak

Apabila suatu hal dibahas Al-Qur'an, apalagi disebut berulangkali, berarti hal tersebut sangat penting diperhatikan. Dan ternyata sopan santun bertamu sering dibahas, sebagai pertanda agar umat Islam mengamalkan dengan cara terbaik.

Pada Qs. an-Nuur ayat 61 dibahas pentingnya mengucapkan salam sebagai penghormatan terhadap tuan rumah dan tamu itu sendiri. Berikut arti ayatnya, "Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik."

Dalam Qs an-Nuur ayat 27-28 disebutkan urgensi minta izin saat bertamu, bahkan tercantum perlindungan terhadap tuan rumah yang belum siap berhak menolak kedatangan tamunya.

Berikut terjemahan ayatnya, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Hal yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (27)

Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, ‘Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (28)

Sepintas ayat ini cukup tegas ketika bukan termasuk budaya kita meminta tamu pulang sebelum dia masuk rumah. Namun, rumah adalah wilayah pribadi tempat orang menyimpan hal-hal rahasia yang tak boleh terungkap ke wilayah publik.

Al-Qur'an melarang kita berkecil hati atau berprasangka buruk saat tuan rumah meminta kita pulang dulu. Karena waktu kedatangan kita yang tidak tepat, kalau kita memaksa tetap masuk akan tersingkap aib besar.

Sebetulnya tamu tak perlu balik kanan lagi gara-gara tuan rumah belum siap menyambut. Sebelum bertamu beritahulah lebih dulu, toh sekarang ada telepon atau ponsel bahkan smartphone. Makna tersirat dari petunjuk Al-Qur’an ialah perlu konfirmasi sebelum bertamu, jangan asal datang.

Bila sudah tiba ketuklah pintu rumah atau pencet bel hingga tiga kali, ketika tidak ada sahutan artinya tuan rumah belum siap menerima tamu. Maka pulanglah dan datang lain waktu.       

Ensiklopedi Adab Islam telah meramu sejumlah sopan santun tamu maupun tuan rumah, yakni:

Adab selaku tuan rumah:




Ana Khairun Minhu

Sebelumnya

Hubbu Syahwat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur