Aryanthi Baramuli Putri (kiri) bersama sejumlah pembicara dalam acara Hari Kanker Se-Dunia, Gedung Perpusnas Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sabtu (4/2)/Farah.id
Aryanthi Baramuli Putri (kiri) bersama sejumlah pembicara dalam acara Hari Kanker Se-Dunia, Gedung Perpusnas Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sabtu (4/2)/Farah.id
KOMENTAR

DI Indonesia, angka kematian akibat kanker terus meningkat. Data GLOBOCAN menyebutkan, terdapat 396.914 kasus baru di 2020 yang jumlahnya meningkat dari tahun 2018, sebanyak 348.809 kasus.

Tidak hanya itu, di Indonesia kanker menjadi masalah kesehatan dan penyebab kematian tertinggi dengan beban biaya yang sangat besar. Dalam data BPJS, penyakit kanker, baik itu kanker payudara, leher Rahim, paru, liver, nasofaring, leukimia, ovarium, dan lainnya, menggunakan biaya mencapai 3,6 triliun rupiah. Jumlah pembiayaan tersebut menempati urutan ketiga, di bawah penyakit katastropik, setelah kardiovaskular.

Untuk mengingatkan bahwa penyakit kanker ini sangat berbahaya dan dalam rangka Hari Kanker Se-Dunia, Cancer Information and Support Center Association (CISC) menggelar acara bertema “Patient Voice: The Hearth of Cancer Control”.

Dalam sambutannya, Ketua CISC Aryanthi Baramuli Putri mengatakan, selama ini masih sulit bagi pasien kanker mau berbicara mengenai penyakitnya. Akibatnya, mereka datang ke dokter dalam keadaan stadium lanjut, yang penyembuhannya sudah sangat sulit.

Ketua Umum CISC Aryanthi Baramuli Putri, saat memberikan sambutan/Farah.id

“Bagaimana penyintas kanker bisa bersuara. Persoalan ini harus disampaikan kepada dokter. CISC mendorong pasien untuk berani berbicara, baik kepada keluarga maupun dokter, tentang keluhannya agar mendapatkan pengobatan yang tepat,” kata Aryanthi saat memperingati Hari Kanker Se-Dunia, di Gedung Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sabtu (4/2).

Dengan keberanian itu, maka pasien bisa membantu dokter untuk mengisi data-data untuk kemajuan pengobatan kanker. Sehingga diharapkan, penderita kanker tidak ragu bersuara agar menjadi agen perubahan dan bermanfaat untuk semua.

Sementara itu, dr Yoan Hotnida Naomi, Msc, mewakili Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI mengapresiasi CISC yang telah berperan dalam pencegahan penyakit kanker dan membantu para penyintas untuk tetap aktif dan semangat.

Antusias para penyintas kanker yang tergabung dalam CISC/Farah.id

“Sebanyak 43 persen kematian akibat kanker sebenarnya bisa docegah dengan pola hidup sehat dan deteksi dini, serta pelayanan yang optimal. Kemenkes sudah melakukan Germas (Gerakan Masyarakat Sehat) dengan mengampanyekan isi piringku, mengajak masyarakat untuk beraktivitas fisik, dan melakukan pemeriksaan berkala,” ujar dr Yoan.

“Harapannya, setelah mengikuti acara ini, semua yang hadir dapat menyebarkan pesan-pesan yang didapat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” lanjut dr Yoan, yang kemudian secara resmi membuka acara tersebut.

Semoga, akan semakin banyak penderita kanker di Indonesia yang berani bicara, berani melakukan deteksi dini, sehingga angka kematian akibat kanker bisa ditekan seminimal mungkin.

Selamat Hari Kanker Se-Dunia.




Pengabdian Masyarakat Prodi Psikologi Universitas Binawan: Gelar Skrining dan Edukasi Kesehatan Mental Remaja di MA As-Syafi’iyah 01 Jakarta

Sebelumnya

“Reparasi” Pakaian Mengurangi Limbah Fesyen di Fashion Revolution Week Sejauh Mata Memandang

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel C&E