KOMENTAR

SERANGAN jantung kini bukan monopoli para lansia. Gaya hidup dan pola makan yang serba instan semakin menyuburkan serangan jantung pada kaum muda.

Setiap orang wajib waspada bila faktor risiko sudah ada sejak awal, terlebih lagi jika ada faktor genetik (keturunan) penyakit jantung. Dengan adanya riwayat penderita jantung dalam keluarga, maka kita tak boleh menganggap remeh dan harus selalu menjaga kesehatan secara ekstra.

Saat faktor risiko muncul di usia muda, maka potensi serangan jantung di usia muda sangat terbuka lebar. Bisa dikatakan, mereka yang mengalami serangan jantung di usia muda umumnya memiliki faktor genetik. Bisa ditemukan orangtua atau saudara yang meninggal dunia akibat serangan jantung di usia lebih muda.

Pengertian usia muda dalam konteks ini adalah laki-laki berusia di bawah 55 tahun dan perempuan berusia di bawah 65 tahun.

Dijelaskan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, faktor risiko penyakit jantung  terbagi menjadi dua kategori  yaitu faktor yang bisa diubah dan faktor yang tidak bisa diubah.

Faktor yang bisa diubah adalah gaya hidup dan kebiasaan. Mulai dari kurangnya aktivitas fisik, kadar lemak berlebih (dislipidemia), stres berlebih, merokok, konsumsi alkohol, juga obesitas. Berbagai kebiasaan buruk tersebut harus digantikan dengan gaya hidup sehat.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan diet sehat yaitu mengonsumsi makanan yang bervariasi termasuk sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan.

Adapun untuk makanan yang harus dihindarai adalah makanan siap saji, makanan olahan dalam kaleng, dan makanan asin.

Sementara itu, usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga berpenyakit jantung adalah faktor yang tidak bisa diubah.

Serangan jantung yang sering dialami orang yang berusia lebih muda biasanya akibat sumbatan pada pembuluh darah jantung. Hal itu banyak menyebabkan kematian mendadak di usia yang lebih muda.

Selain serangan jantung, gangguan jantung yang juga berpotensi menyerang orang berusia lebih muda adalah kelainan otot jantung yang sangat tebal (hypertrophic cardiomypathy) dan gangguan irama jantung (brugada).

Kementerian Kesehatan RI mengimbau masyarakat untuk rutin melakukan cek kesehatan karena seringkali gejalanya tidak tampak meskipun orang tersebut berisiko tinggi.

Terlebih lagi jika sudah terdiagnosis hipertensi atau diabetes, harus segera menjalani gaya hidup sehat dan pengobatan yang teratur.

Penyakit jantung di Indonesia selama ini menjadi satu penyebab kematian terbanyak dan pembiayaan tertinggi. Karena itulah Kemenkes berupaya memperkuat sistem layanan primer demi menekan angka kasus penyakit jantung.




Kenali Arthritis alias Radang Sendi, Cegah dengan 4 Langkah Ini

Sebelumnya

5 Cara Cegah Sakit Saat Suhu Panas Melanda Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health