Doa kami untuk Ananda Eril/ Net
Doa kami untuk Ananda Eril/ Net
KOMENTAR

RIDWAN Kamil hanyalah manusia biasa, sama seperti kita-kita yang bisa saja sedih, panik, kalut hingga berurai air mata sekalipun. Jadi, wajar apabila sisi kemanusiaan itu mucul saat ini, ketika ayah dari Eril tersebut tengah dilanda prahara.

Kini, keberadaan putra tercintanya Emmeril Kahn Mumtadz masih menjadi misteri sungai terpanjang di Swiss, yakni Aare. Kita semua merasakan duka yang sangat dalam setiap hari, bahkan seolah kehilangan anak sendiri. Namun sedih ini akan lebih bermakna apabila kita melihat dari sisi positif, yang akan memberikan energi terdahsyat.

Eril pantas bangga punya ayahanda Ridwan Kamil yang tetap tegar berdiri gagah di tepian sungai Aare, terjun langsung bersama tim SAR beserta aparat kepolisian setempat.

Dimana letak kuatnya?

Ya, karena tidak banyak orang tua yang sanggup berdiri gagah ketika menghadapi musibah sebesar ini. Dia tetap menunai kewajiban sebagai ayah hingga di detik-detik paling kritis dalam kehidupan anaknya.

Percayalah! Musibah itu dipergilirkan oleh Tuhan kepada setiap manusia, sebab musibah itu merupakan bentuk lain dari ujian kehidupan. Tidak ada manusia yang akan terbebas dari musibah, termasuk itu kalangan nabi-nabi, apalagi kita yang manusia biasa ini.

Apa maknanya?

Kapanpun dan dimanapun, musibah dapat saja menyapa putra-putri kita. Oleh sebab itu, bekalilah diri dengan sebaik-baiknya bekal, yaitu tawakal kepada Ilahi.

Tawakal itu bukanlah bersikap pasrah, tidak sama sekali! Tawakal itu mengandung keimanan level tinggi terhadap garis takdir Ilahi dibarengi dengan ikhtiar yang sekuat-kuatnya upaya, yang tidak akan pernah menyerah selama hayat dikandung badan.

Ngomong-ngomong tentang musibah, apalagi yang terkait antara ayah dengan anaknya, ternyata Al-Qur’an punya cerita menarik.

Lakonnya adalah Nabi Ya’kub yang sudah demikian tua, dan mendapat pula kabar duka cita, perihal anaknya Yusuf yang disebut telah tiada diterkam oleh kawanan srigala. Tidak tanggung-tanggung dalam menyerahkan bukti, saudara-saudara tirinya memberikan pakaian Yusuf yang terkoyak-koyak serta berlumuran darah.

Dalam kerentaannya, Nabi Ya’kub tidak pernah goyah bertawakal. Sebelum jasad Yusuf hadir di hadapannya, sang ayah itu tidak meragukan keajaiban dari Ilahi.

Bey Arifin dalam bukunya Rangkaian Cerita Dalam Al-Qur’an (1987: 118) mengutip dengan manis ucapan Nabi Ya’kub, “Kejadian ini sudah terjadi. Tidak ada yang lebih baik bagiku selain bersabar, sampai datang saatnya nanti, dimana akan ternyata apa sebenarnya yang terjadi. Hanya kepada Allah aku mohon pertolongan atas segala-galanya.”

Kita dapat mencerna dari kutipan di atas, dalam duka cita yang mendalam, Nabi Ya’kub masih memancangkan optimisme yang tinggi bagi keselamatan putranya, hingga dirinya tetap tabah menantikan kepastian.

Meskipun dirinya seorang nabi, tetapi sifat-sifat alamiah manusia biasa juga melekat di hati Ya’kub, termasuk itu kesedihan dan kesusahan, yang semuanya itu diadukannya kepada Allah semata.

Hal ini disebutkan pada surat Yusuf ayat 86, yang artinya, “Dia (Yakub) menjawab, ‘Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”

Akhirnya bagaimana?

Tidaklah sia-sia tawakal yang dipancangkan oleh Nabi Ya’kub di hatinya, sang ayah dapat kembali bertemu muka dengan putranya. Ternyata Yusuf tidak diterkam srigala, firasat sang ayah terbukti benar bahwa anaknya selamat. Bahkan, pertemuan yang mengharukan itu terjadi dalam bingkai yang menakjubkan, Yusuf yang menghilang berbilang tahun kemudian menjadi nabi dan juga penguasa Mesir.

Tidak seorang pun yang dapat menebak bagaimana akhir kisah ini, karena yang begini memang bukan ranahnya manusia, melainkan hak mutlak Tuhan.

Namun, tidak ada pula ujian dari Ilahi yang sia-sia. Bukankah dari setiap musibah itu manusia menjadi makin kuat, kian tegar dan semakin bijaksana memandang hakikat kehidupan.

Untuk saat ini, berdoalah untuk Ridwan Kamil beserta istri dan keluarganya. Semoga Eril ditemukan dalam keadaan selamat. Dalam segala ikhtiar ini, moga mereka makin dikuatkan hatinya, untuk tetap optimis dalam bingkai tawakal berdiri gagah di tepian sungai Aare yang mengalir tenang itu.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur