Akhirnya Ramadhan makin bergulir ke penghujungnya, bulan suci akan pergi lama, dan pernahkah kita memanjatkan doa untuk menutupnya?/ Net
Akhirnya Ramadhan makin bergulir ke penghujungnya, bulan suci akan pergi lama, dan pernahkah kita memanjatkan doa untuk menutupnya?/ Net
KOMENTAR

LUAR biasa menakjubkan kesungguhan kaum muslimin dalam berpuasa. Saat menunaikan ibadah suci itu, mata mereka berjuang menjaga puasanya tatkala melihat orang-orang bebas makan minum, belum lagi ujian pengendalian nafsu atas bertebarannya godaan syahwat.

Puasa tetap diperjuangkan meski pekerjaan makin berat. Tetesan peluh keringat terasa amat berharga karena berjatuhan di bulan suci. Panas terik tidak pernah disesali meski langkah seakan goyah. Karena sejatinya ujian-ujian itulah yang menaikkan makna Ramadhan yang kita tunaikan.

Akhirnya Ramadhan makin bergulir ke penghujungnya, bulan suci akan pergi lama, dan pernahkah kita memanjatkan doa untuk menutupnya?

“Wahai Allah, Tuhan kami. Terimalah dari kami shalat kami, puasa kami, rukuk kami, khusyuk kami, kerendahan kami, dan pengabdian kami, serta sempurnakanlah kekurangan kami.” (M. Khalilurrahman Al-Mahfani dalam Buku Pintar Shalat [2006: 196])

Menariknya, M. Khalilurrahman Al-Mahfani memasukkan bait doa ini sebagai bagian dari rangkaian doa yang dianjurkan setelah menunaikan shalat Witir, shalat sunah penutup.

Artinya, doa ini pun layak kita jadikan sebagai penutup dari rangkaian ibadah Ramadhan, dengan harapan semoga semua amalan diterima oleh Ilahi Rabbi, amin.

Banyak aspek menarik dari sebait doa singkat tersebut, di antaranya permohonan agar diterima Allah ini dimulai dulu dengan shalat, termasuk rukuk, dan khusyuknya.

Luar biasa ya! Ramadhan memang identik dengan ibadah puasa, tetapi shalat adalah tiang agama, dan tetap didahulukan. Begitulah hakikat yang tidak boleh diabaikan.

Dan menjadi tidak lucu ketika ada orang yang mati-matian menahan lapar dahaga demi berpuasa, tetapi giliran shalat tidak mau atau mengaku tidak mampu. Doa ini menjadi pengingat bagi kita semua, ibadah puasa tidak menafikan ibadah shalat.

Selanjutnya, sesudah dimohonkan agar diterima shalat, maka kita pun mengajukan pinta agar puasa juga diterima Allah.

Puasa yang kita tunaikan dengan gagah berani perlu dibingkai dengan pertanyaan, apakah Allah menerimanya atau tidak?

Tugas kita sebagai hamba adalah menunaikan puasa plus ibadah-ibadah Ramadhan lainnya. Setelah berupaya melaksanakan puasa dengan maksimal, maka masih diperlukan rangkaian doa agar Allah berkenan menerimanya.

Siapalah diri kita yang hina dina berlumur dosa ini, dibandingkan dengan keagungan Ilahi. Allah berkenan memanjangkan usia kita untuk mencicipi Ramadhan tahun ini saja sudah berkah yang luar biasa besar. Maka keberkahan itu kita sempurnakan dengan doa, mengetuk pintu langit supaya Allah menerima ibadah puasa ini.

Apalah artinya puasa ini jika tidak diterima Ilahi? Tentunya akan menjadi kesia-siaan yang memilukan hati.

Al-Ghazali dalam bukunya Rahasia Puasa dan Zakat (2015: 36) menerangkan, adapun para ulama yang mengutamakan kehidupan akhirat, menganggap bahwa keabsahan suatu pekerjaan tidak dapat dipisahkan dari kemungkinan diterimanya (oleh Allah Swt.). Hanya dengan diterimanya sesuatu oleh-Nya, kita akan mencapai tujuan. Dan, mereka ini memahami bahwa tujuan puasa ialah bertindak dan bersikap dengan dan sesuai dengan akhlak Allah dan sifat-sifat-Nya.

Inilah tujuan yang paling tinggi, dimana kita menjadi Allah sebagai teladan. Kita meniru akhlak Allah yang senantiasa baik kepada segenap makhluk ciptaan-Nya. Puasa akan diterima tatkala kita mencapai tujuan tertingginya meneladani akhlak mulia Ilahi.

Tentunya kita telah berupaya menunaikan puasa dengan sebaik mungkin, maka jangan lupakan berdoa, agar diterima oleh Ilahi. Doa itu memanglah sangat penting, karena Allah yang menentukan diterima atau ditolaknya.

Dalam doa itu pula tersebut pula harapan agar diterima segala kerendahan hati dan semua pengabdian kami. Inilah saripati yang hendaknya direguk oleh orang yang berpuasa, yakni hadirnya sifat terpuji kerendahan hati dan pengabdian yang tulus kepada Ilahi.

Akhirnya, di penghujung Ramadhan ini jangan lupakan untuk melihat kepada kekurangan diri sendiri. Mintalah pada Allah dengan ibadah puasa kita makin sadar dengan kekurangan diri dan kian berupaya memperbaikinya.

Sebagai bahan perenungan, berikut ini dapat dijadikan perenungan:
Hamka dalam Tafsir al-Azhar Jilid 8 (2020: 45) menerangkan, bacaan doa barulah berarti apabila ibadah yang pokok telah dijalankan lebih dahulu, yang berarti hubungan kita telah lancar terlebih dahulu dengan Allah. Sebab bacaan-bacaan doa bukanlah dianggap sebagai mantra atau ucapan-ucapan sim salabim tukang sulap, tetapi hubungan jiwa yang penuh iman, tawakal, dan ridha terhadap Allah.
 




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur