KOMENTAR

DI usia 83 tahun, Ros Yusuf justru makin aktif dalam berbagai aktivitas sosial.

Melalui di majelis taklim, Ibu Ros tak segan terjun langsung dalam pembinaan remaja di lingkungan sekitar. Pun di masa pandemi, Ibu Ros turut aktif mengkampanyekan vaksinasi COVID-19 bagi para lansia. Hal itu selaras dengan dedikasinya menjadi kader PKK selama 30 tahun lebih.

Nama Ros Yusuf dari Jakarta Timur terpilih menjadi salah satu dari 21 perempuan Penggerak Literasi Ibu Ibukota Awards 2021. Mereka adalah para perempuan yang berjuang di bidang kesehatan, bidang lingkungan, bidang kewirausahaan, bidang pendidikan, dan bidang pemberdayaan.

IBU Ibukota Awards adalah sebuah wadah apresiasi yang mengangkat kisah para perempuan penggerak #AksiHidupBaik yang ada di seluruh penjuru kota Jakarta.

Digagas oleh Fery Farhati, istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ibu Ibukota Awards menjadi ajang penghargaan tahunan yang digelar sejak tahun 2019.

"Beliau berhasil mengangkat derajat anak-anak di sekitar lingkungan ini dengan pendidikan. Beliau adalah orang yang sangat sabar. Luar biasa, beliau mengabdi kepada masyarakat sejak tahun 1976 sampai sekarang tetap eksis. Jika tidak dengan hati yang tulus, pengabdian ini tentu tidak akan bisa bertahan," ujar Yuliasnita, Ketua Penggerak PKK RW 01 Kebon Manggis, Matraman tentang sosok Ibu Ros.

Hampir 50 tahun mengabdi untuk masyarakat tidak mampu, Ibu Ros fokus pada pendidikan.

Melihat banyaknya anak putus sekolah karena kondisi mereka yang tidak memiliki orangtua atau karena ketidakmampuan orangtua membiayai mereka, Ibu Ros tergerak untuk menginisiasi program pendidikan bagi anak yatim piatu dan kaum dhuafa.

Dengan program tersebut, sudah banyak anak yatim piatu dan dhuafa yang mendapat pendidikan layak, bahkan menuntaskan hingga perguruan tinggi.

Anak asuhnya saat ini berjumlah 42 orang. Sebagian dari mereka adalah generasi kedua dari orangtua yang dulu juga dibiayai Ibu Ros.

Semua berawal dari Majelis Taklim Silaturahmi yang didirikan Ibu Ros pada Maret 1964. Tujuan awalnya adalah untuk memberi pengajaran dan pendidikan kepada ibu-ibu di lingkungan sekitar. Namun beliau justru melihat banyak anak-anak yang tidak bersekolah.

Majelis Taklim Silaturahmi menggelar acara pengajian setiap hari Jumat siang selepas salat Jumat. Ada sekitar 120 anggota majelis taklim yang rutin datang mengkaji ayat Qur'an dan hadits. Dan setiap bulan Muharram, Majelis Taklim Silaturahmi juga rutin memberikan santunan kepada yatim piatu.

Ibu Ros memperhatikan bahwa banyak anak-anak yatim piatu dan dhuafa yang tidak pergi ke sekolah. Saat ditanya, mereka menjawab tidak ada biaya.

Beberapa dari mereka adalah anak anggota majelis taklim, yang ayah mereka berprofesi sebagai tukang sampah, tukang parkir, atau tukang ojek. Para orangtua mengaku penghasilan mereka hanya cukup untuk makan, terlebih jika mereka mempunyai tiga anak atau lebih.

Saat itulah Ibu Ros mengajak diskusi anggota majelis taklim untuk menyekolahkan anak-anak tersebut. Para anggota sepakat untuk menyumbang hingga terkumpullah 50 persen dari dana yang dibutuhkan.

Sisanya, menurut Ibu Ros, berasal dari keluarganya juga teman-teman yang ia ajak ikut serta dalam program tersebut.

"Awalnya kami menyekolahkan 40 anak, dan sekarang ini sudah ada 20 anak yang menjadi sarjana," ujar Ibu Ros.

Ibu Ros bersyukur, 20 anak didiknya yang menjadi sarjana telah bekerja di berbagai instansi pemerintah, perusahaan swasta, maupun menjadi wiraswasta. Banyak pula lulusan SMA dan SMK yang sudah mendapat pekerjaan dan dapat membantu orangtua mereka.

"Untuk jenjang lebih tinggi, saya memang menyeleksi siapa yang pintar dan mau melanjutkan sekolah. Tapi untuk SD, semua yang datang ke saya, saya sekolahkan. Karena itu adalah pendidikan dasar," ungkap Ibu Ros.

Hingga saat ini sudah 120 anak yang disekolahkan oleh Ibu Ros melalui Majelis Taklim Silaturahmi. Namun bukan berarti ada rintangan yang dihadapi Ibu Ros. Ada beberapa anak yang berhenti sekolah sebelum lulus karena memang sudah tidak memiliki kemauan untuk menuntut ilmu. Ditambah lagi, orangtua atau keluarga yang menyerah karena kesulitan mendidik si anak yang nakal dan kerap melanggar aturan.




Henny Christiningsih, Membawa UMKM Batik Go Global

Sebelumnya

Roosalina Wulandari: Ciptakan Rumah Aman 'Organik' bagi Korban Kekerasan dengan Memaksimalkan Peran Rukun Warga

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Paras Jakarta