Blokade pengemudi truk yang berlangsung di Ottawa, Kanada. Mereka memprotes berbagai kebijakan ketat yang diberlakukan untuk memerangi pandemi/ Net
Blokade pengemudi truk yang berlangsung di Ottawa, Kanada. Mereka memprotes berbagai kebijakan ketat yang diberlakukan untuk memerangi pandemi/ Net
KOMENTAR

Jika unjuk rasa di Eropa dan Selandia Baru semakin marak, warga +62 kini mulai diganggu prasangka bahwa ‘semua di-COVID-kan’.

Berita berseliweran tentang hasil PCR, yang selama ini dianggap paling benar, tapi sejumlah orang melaporkan hasilnya bisa berbeda antara satu laboratorium dengan laboratorium lain atau rumah sakit.

Dua gejala umum Omicron yaitu radang tenggorokan dan demam nyeri anggota tubuh—yang merupakan gejala umum untuk keluhan medis lain—membuat orang bingung. Jika harus mesti tes antigen atau PCR, banyak orang enggan mengeluarkan uang.

Mereka berpendapat, kalau toh hasilnya positif ya tinggal isolasi mandiri di rumah. Jadi mereka menganggap tak perlu dites, yang penting seisi rumah beristirahat dan mengobati diri hingga sembuh. Padahal tes menjadi penting untuk data akurat COVID-19 dan penelusuran kontak erat.

Jika pun meski ke puskesmas, banyak yang enggan antre. Karena memang tes COVID-19 di puskesmas gratis, sudah pasti peminatnya bejibun.

Ada warga mengatakan pihak puskesmas menyuruh seluruh anggota keluarganya untuk isolasi mandiri meskipun hasil tes belum keluar. Alasannya, sudah ada satu anggota keluarga yang terpapar corona. Jadi karena yang lain berstatus kontak erat, ya harus isoman. Semua dipukul rata.

Tak pelak banyak yang mempertanyakan: Apakah hasil PCR bisa dipermainkan? Apakah jika satu orang terkena Omicron maka kontak eratnya pasti terkena juga? Hingga akhirnya muncullah prasangka: Pemerintah meng-COVID-kan semuanya. Ups! Ini sangat perlu diluruskan.

Pemerintah sebagai pengayom masyarakat harus bisa memastikan standar pengetesan COVID untuk semua jajarannya di puskesmas dan rumah sakit juga untuk para pengelola layanan kesehatan swasta. Termasuk memberi penjelasan kepada masyarakat tentang definisi positif dari hasil PCR berikut keterangan CT di dalamnya.

Edukasi tentang COVID-19 memang masih harus terus digalakkan terlebih karena perkembangannya yang dinamis. Pemerintah dituntut transparan dan sigap menginformasikan data terbaru agar masyarakat paham dan bisa bersikap tenang.

Satu hal yang paling mendasar di masa pandemi ini adalah kesadaran bahwa protokol kesehatan dilaksanakan untuk kebaikan bersama. Dengan demikian tak ada yang merasa dirugikan. Tak ada yang merasa dibohongi. Dan tak ada yang merasa dihancurkan oleh pandemi.




Din Syamsuddin Jadi Pembicara dalam Sidang Grup Strategis Federasi Rusia-Dunia Islam di Kazan

Sebelumnya

Buku “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” dan “Buldozer dari Palestina” Karya Teguh Santosa Hadir di Pojok Baca Digital Gedung Dewan Pers

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News