KOMENTAR

IBU Ibukota Awards adalah sebuah wadah apresiasi yang mengangkat kisah para perempuan penggerak #AksiHidupBaik yang ada di seluruh penjuru kota Jakarta. Digagas oleh Fery Farhati, istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ibu Ibukota Awards menjadi ajang penghargaan tahunan yang pertama kali digelar tahun 2019.

Pada tahun ini, telah terpilih 21 perempuan Penggerak Literasi untuk Ibu Ibukota Awards 2021. Semua perempuan yang terpiih tersebut memiliki kisah inspiratif dalam perjuangan mereka di bidang kesehatan, bidang lingkungan, bidang kewirausahaan, bidang pendidikan, dan bidang pemberdayaan.

Kali ini, Farah.id mengajak Sahabat Farah untuk berkenalan dengan Erlin Yusnita, seorang fisioterapis anak berkebutuhan khusus (ABK), yang mengabdikan hidupnya bagi kesehatan dan kemajuan ABK.

Fisioterapis yang Peduli Pendidikan

Sebagai seorang fisioterapis ABK, keseharian Erlin adalah melakukan terapi untuk ABK bisa berbicara, berjalan, juga tumbuh dengan baik.

Menyaksikan banyak ABK di lingkungan tempat tinggalnya, Erlin dan suami kemudian mendirikan Yayasan Cita Cahaya Kautsar yang bergerak di bidang pendidikan inklusi. Ia mendirikan TK Islam Inklusi Kautsar yang beralamat di Jl. Pisangan No. 10 Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur.

"Saya (awalnya) tidak buka sekolah, tapi saya buka kelompok terapi, jadi dapat kognitif dan dapat terapi. Tahun ini saya membuka SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). Murid kami ada 10 anak dan semuanya didiagnosis berat, saya terima," ujar Erlin tak mampu menahan airmata menceritakan kondisi peserta didik di yayasannya.

Erlin memotivasi rekan-rekan gurunya dengan mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan akan menjadi ladang pahala di akhirat kelak.

Memilih Mengabdi untuk ABK

Lulus pendidikan tahun 2003 dan bekerja di rumah sakit, awal karier Erlin justru menjadi fisioterapis bagi orang dewasa. Ia terbiasa menangani terapi pasien patah tulang atau stroke.

Seiring waktu, ia pun mulai melakukan terapi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Ia banyak menemui kasus ABK dengan keterlambatan tumbuh kembang, hidrosefalus, atau celebral palsy (CP).

Setelah bekerja di rumah sakit selama 13 tahun, Erlin melahirkan anak ketiga yang didiagnosis prematur. Pengalaman pribadi itulah yang membuat Erlin kemudian meminta pertolongan dari teman pendidik untuk terapi demi mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya.

Sejak mulai membuka terapi di rumah pada tahun 2006, banyak sekali orangtua yang mengeluh sekaligus bertanya pada Erlin tentang sekolah. Dengan kondisi spesial anak-anak mereka, ke mana mereka akan bersekolah? Diagnosis berat bahkan membuat beberapa dari anak-anak tersebut tidak diterima bersekolah di SLB.

Ia mencontohkan satu kasus ABK berusia 11 tahun yang tidak diterima di sejumlah SLB yang didatangi orangtuanya karena si anak tidak bisa menyebutkan nama saat ditanya. Kondisi itulah yang membakar semangat Erlin untuk terus menyinergikan terapi kesehatan dan pendidikan bagi ABK. "Di mana mereka tidak diterima, Kautsar bisa menerima!" tekad Erlin.

Atas saran seorang teman yang berkecimpung di dunia pendidikan PAUD, Erlin kemudian memberanikan membuka sekolah bagi para ABK agar mereka pun bisa memiliki ijazah. Kini, dari 62 peserta didik yayasan Kautsar, 42 di antaranya adalah ABK.

Mengaku tak punya cukup uang untuk menggratiskan pendidikan di yayasan Kautsar, Erlin bersyukur memiliki sahabat-sahabat "donatur hijau" yang membayar SPP anak-anak didik dengan rutin menyumbang 20 ribu rupiah setiap bulan.

Harapan di Masa Depan

"Saya berharap pemerintah mendengar, dirikanlah sekolah seperti ini entah di mana (tempatnya) tapi untuk kalangan menengah ke bawah. Kalau yang mahal-mahal (bagus-bagus) sudah banyak. Jika PKBM A sudah selesai, anak-anak seharusnya melanjutkan ke jenjang B. Tapi saya—terus teran—tidak sanggup. Alangkah baiknya jika ada sekolah negeri seperti ini yang tidak berbayar," ujar Erlin dalam Gelar Wicara Ibu Ibukota Awards 2021 bersama Fery Farhati, Ellisa Sumarlin (Tim Seleksi), juga Nahdiana dan Evi Trisna (Tim Seleksi Literasi Pendidikan).

Menurut salah satu pengajar di TK Islam Inklusi Cahaya Kautsar, Yulia Wilastri, Erlin adalah sosok berjiwa sosial yang sangat tinggi dengan dedikasinya untuk pendidikan ABK, mengingat cara mendidik ABK yang membutuhkan kesabaran dan perhatian yang lebih banyak.

Erlin tak lelah memotivasi para orangtua agar selalu bersemangat mengasuh anak-anak mereka yang spesial. Ia pun mengajak serta melatih keluarga dan teman-temannya untuk bisa menjadi pendidik yang mampu memahami dan menghadapi keunikan setiap ABK.




Tetap Aktif di Usia 83 Tahun, Ros Yusuf Sekolahkan Anak Yatim Piatu dan Dhuafa Demi Pendidikan yang Adil Merata

Sebelumnya

Henny Christiningsih, Membawa UMKM Batik Go Global

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Paras Jakarta