Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Episode 1:

Pesohor itu baru saja menata hidup baru bersama keluarganya. Suami dan seorang anak yang lucu. Perjalanan hidupnya yang sempat mengguncang berita tanah air ia tinggalkan. Membuka lembaran baru yang lebih indah di jalanNya. Kemarin, nama perempuan itu kembali jadi perbincangan hangat dan mengguncangkan lantaran kecelakaan tragis yang dialaminya.

Kendaraan yang ditumpanginya ringsek, dan ada yang melaporkan korban sampai terpental keluar mobil. Pesohor dan suaminya itu meninggal dunia di tempat. Alhamdulillah, anak, pembantu dan sopir selamat.

Episode 2:

Malam itu mobil yang ditumpangi seorang dosen beserta keluarganya melaju kencang. Kemudian terdengar suara dentuman keras, dan orang-orang yang melihatnya sontak menjerit ngeri melihat mobil itu babak belur.

Atas kuasa Tuhan tidak satu pun orang yang berada di dalam mobil itu yang meninggal dunia. Dosen itu dan keluarganya selamat dalam kecelakaan itu. Orang-orang tidak habis pikir atas keajaiban yang terbentang di depan mata mereka.

Dua episode pembuka ini memiliki kesamaan; sama-sama kecelakaan jalan raya, dan sama-sama mengendarai mobil yang berakhir ringsek. Namun, hasilnya berbeda: yang satu meninggal dunia sedangkan yang satu lagi selamat dan masih hidup hingga sekarang ini.

Dengan persamaan dan perbedaannya itu hendaknya kita dapat memetik hikmah, di antaranya:

Pertama, setiap yang bernyawa akan mati.

Sebagaimana yang ditegaskan pada surat Al-Anbiya ayat 35, yang artinya, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.”

Abdu Muhsin Al-Muthairi dalam Buku Pintar Hari Akhir menegaskan, kematian pasti menghampiri setiap jiwa. Barangkali tema ini menjadi salah satu kebenaran yang tak diperdebatkan oleh siapa pun hatta oleh orang kafir sekalipun. Ia termasuk perkara nyata yang bisa diindra, bisa dilihat dan didengar.

Sesungguhnya kehidupan kita ini hanyalah perjalanan menuju kematian. Hanya saja kita tidaklah mengetahui tempatnya, caranya, apalagi waktunya. Karena dengan memiliki nyawa, maka kita pun pastilah menghadapi kematian itu. Itulah kenyataan yang penting disadari sedari sekarang.

Kedua, tidak seorang pun yang dapat menghindari kematian.

Sebagaimana An-Nisa ayat 78, yang artinya, “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh.”

Ya, banyak orang berupaya menyelamatkan dirinya dari kejaran musuh, mempertahankan hidupnya dalam benteng yang kokoh. Akan tetapi benteng macam apapun tidak akan mampu melindungi dari kematian. Sebab ajal itu bukanlah musuh, melainkan kemestian yang harus diterima.

Percuma kalau ada manusia yang mencoba bersembunyi dari kematian. Karena itu hanyalah kesia-siaan. Al-Qur’an juga menyampaikan pada surat Jumu’ah ayat 8, yang artinya, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah).”

Manusia dapat lari ke puncak gunung tertinggi, atau menyelam ke dasar samudra terdalam. Namun, itu semua tidak akan pernah menghalangi malaikat maut menjalankan tugasnya.

Kita tidak akan dapat menghindari kematian, akan tetapi yang dapat kita lakukan bukanlah menghindarinya, malahan menyambutnya dengan persiapan terbaik.

Abdu Muhsin Al-Muthairi dalam Buku Pintar Hari Akhir menerangkan, ada dua alasan mengapa Allah menekankan pentingnya mempersiapkan diri menyambut kematian. Pertama, karena kematian itu dekat, datang tiba-tiba, dan tak diketahui waktunya oleh siapa pun. Kedua, karena waktu mencari kebaikan sudah habis ketika kematian datang.

Kematian itu adalah suatu kemestian. Dengan persiapan yang terbaik, insyallah kita dapat menyambut malaikat maut dengan senyuman, syukur-syukur dengan keimanan yang kuat.  




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur