Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

BUNDA, pernah tidak menerima info lewat media sosial tentang obat-obatan apa saja yang bisa dikonsumsi saat isolasi mandiri? Jika ya, bagaimana Bunda menanggapinya? Benar atau tidak ya resep obat-obatan tersebut?

Menurut dr RA Adaninggar, SpPD, apapun penyakitnya, semua obat-obatan yang dikonsumsi haruslah rasional. Artinya, harus sesuai dengan kebutuhan klinis pasien, dosis sesuai, lama pemberian yang benar, serta biaya terjangkau.

Yang bisa menilai semua indikator tersebut adalah dokter, dibantu oleh apoteker. Hal itu untuk mencapai tujuan pengobatan yang tepat, efektif, efisien, dan mengurangi risiko efek yang merugikan.

"Yang perlu diperhatikan adalah kondisi klinis pasien Covid-19 yang berbeda-beda. Dengan begitu, beda pilihan obat, beda lama pemberian obat, mempertimbangkan indikasi, kontraindikasi, serta kemungkinan interaksi antar obat," jelas dr Ning.

Pada kasus pandemi, Covid adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengan obat utama adalah antibodi. Jadi, obat-obatan yang utama diberikan adalah yang mensupport antibodi. Sebab sampai saat ini, belum ada obat-obatan yang bersifat definitif, seperti antivirus yang bisa membunuh Sars Cov-2.

Berhati-hatilah dalam pemberian antibiotik, antivirus, dan antiradang. Antibiotik hanya diberikan untuk infeksi bakteri. Penggunaan sembarangan akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi antibiotik dan munculnya efek samping.

Tidak semua pasien layak mendapatkan antivirus. Pemberiannya melihat pada pertimbangan nilai pertimbangan manfaat dan risiko, karena sekali lagi belum ada antivirus definitif untuk Covid-19.

Sedangkan antiradang hanya diberikan pada pasien Covid gejala berat, yaitu saat inflamasi lebih dominan dibanding virus. Indikasi antiradang hanya untuk alergi, autoimun, dan radang sendi kronik.

Pada awal fase infeksi, penggunaan obat antiradang justru tidak diperlukan. Sebab sistem imun dan keradangan justru diperlukan untuk melawan virus secara optimal.

Di fase kedua dan ketiga, yang terjadi bukan lagi keradangan yang tidak diobati, melainkan kegagalan pembersihan virus di fase awal.

Masuk pada tahap ketiga terjadi keradangan yang luar biasa. Hal ini dapat dihentikan dengan pemberian steroid untuk menekan keradangan berlebih.

"Jadi, yang perlu dibeli sementara adalah obat-obat pereda gejala (obat flu, obat batuk pilek, obat penurun panas obat anti mual/mentah, pengencer dahak, serta vitamin," ujar dokter spesialis penyakit dalam ini.

Berhati-hatilah mengonsumsi obat-obatan baru. Selalu cek izin edar BPOM dan selalu konsultasi ke dokter.

Jangan pula sembarangan melakukan terapi nebulasi/uap, karena akan memproduksi aerosol (risiko penularan tinggi). Dan tidak semua sesak bisa diobati dengan nebulasi.

"Ingat untuk selalu berkonsultasi dengan dokter, terkait konsumsi obat-obatan yang dibeli di pasar atau dimanapun bisa membelinya secara bebas." demikian dr Ning.

 




Terbangun Tengah Malam Karena Kaki Kram, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya

Sebelumnya

Waspada Kanker Kandung Kemih: Sadari, Cegah, dan Harapan Baru Pengobatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health