Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

SIFAT malu termasuk akhlak mulia yang harus dimiliki setiap muslim. Rasa malu juga menjadi ciri khas Islam.

Dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan, Rasulullah Saw. menegaskan pentingnya sifat malu:

"Setiap agama memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah malu."

Hadits tersebut bermakna, rasa malu sebagai penyempurna akhlak umat Islam. Hal ini mengacu dari tujuan diutusnya Rasulullah Saw. untuk menyempurnakan akhlak.

Dijelaskan dalam buku "Ensiklopedi Akhlak Rasulullah" Jilid 2 oleh Syekh Muhammad Al Mishri, Ibnul Qayyim mengatakan, kata al-haya'u berarti malu. Diambil dari kata al-hayah, yaitu kehidupan.

Ini maknanya, sejauh mana hati itu hidup, sejauh itu pula kekuatan malu berdiam di hati. Kurangnya rasa malu adalah tanda-tanda matinya hati dan ruh. Setiap kali hati menjadi lebih hidup, di saat itu pula rasa malu akan menjadi lebih sempurna.

Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah, ia menuturkan seorang wanita bertanya kepada Rasulullah, bagaimana cara bersuci dari haid:

"Rasulullah pun mengajarkan cara bersuci. Rasulullah menyuruh ia untuk mengambil minyak wangi dengan sedikit kapas agar ia bersuci dengannya. Wanita itupun berkata, 'Bagaimana cara saya bersuci dengan kapas ini? Rasulullah kemudian menutup wajahnya dengan tangannya. Lalu Aisyah menarik wanita itu supaya mendekat kepadanya, karena ia mengetahui apa yang diinginkan Rasulullah. Aisyah berkata kepada wanita itu, "Oleskan kapas itu pada bekas darah haidmu." (HR Al Bukhari dan Muslim)

Gambaran rasa malu Rasulullah juga ada pada hadits lain. Diriwayatkan Abu Malik bin Sha'sha'ah, hadits ini menjelaskan bagaimana beliau harus pergi bolak balik antara Allah Swt. dan Nabi Musa As untuk memohon keringanan jumlah salat kepada Allah hingga menjadi 5 waktu.

Nabi Musa tetap saja menyuruh beliau meminta keringanan. Beliau berkata, "Kembalilah kepada Tuhanmu dan mohonlah agar Dia menambahkan keringanan untuk umatmu."

Rasulullah lalu bersabda, "Aku sudah berkali-kali memohon keringanan kepada Tuhanku sampai aku merasa malu. Namun untuk kali ini aku rela menerima keputusan-Nya." (HR Bukhari dan Muslim)

Sedangkan hadits lain mengatakan, rasa malu adalah bagian dari keimanan.

"Rasa malu adalah bagian dari keimanan dan keimanan tempatnya di surga. Ucapan cabul adalah bagian dari sikap kasar dan sikap kasar tempatnya di neraka." (HR Tirmidzi dan Ahmad)

Rasulullah juga bersabda seperti yang tercantum dalam Shahih Al Bukhari tentang urgensi rasa malu:

" Keimanan itu memiliki enam puluh cabang. Rasa malu adalah salah satu cabangnya." (HR Bukhari).




Menyambungkan Jiwa dengan Al-Qur’an

Sebelumnya

Sempurnakan Salatmu Agar Terhindar dari Perbuatan Keji dan Mungkar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur