Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PANDEMI dengan berbagai kecemasan di dalamnya membuat kita kerap bersitegang dengan pasangan maupun orangtua tentang bagaimana menghadapi Covid-19, terutama dalam urusan menaati protokol kesehatan. Ternyata, menyamakan pemikiran dan pendapat tentang what's best for us di masa pandemi tidak mudah.

Bagaimana cara berkomunikasi yang tepat untuk menyatukan pikiran dan sikap  dalam keluarga dalam menghadapi perang melawan Covid-19?

Pertanyaan tersebut datang dari peserta ZoomTalk Farah.id bertajuk "Solusi Cerdas Atasi Cemas di Masa Pandemi" yang digelar Jumat (25/09/2020). ZoomTalk menghadirkan Liza Marielly Djaprie, M. Psi, CH, seorang clinical psychologist & certified hypnotherapist.

Salah satu yang harus kita asah adalah keterampilan berkomunikasi dengan orangtua. Berkomunikasi dengan orangtua memang membutuhkan kesabaran tersendiri. "Kita harus bisa tarik ulur agar mereka memahami dan menuruti perkataan kita," ucap Liza.

Menurut psikolog lulusan Universitas Indonesia itu, ada beberapa cara yang bisa dijalankan untuk menyamakan frekuensi agar kita dan orangtua dapat menjalankan hari-hari pandemi dengan kompak.

Pertama, tanyakan ke diri kita apakah kita sudah mengenal orangtua dengan baik. Misalnya saja, apakah orangtua kita termasuk tipe yang keras kepala atau sangat mudah menerima masukan dari orang lain, terutama anak-anak mereka. Dengan memahami karakter orangtua, kita tidak akan memaksakan percakapan yang membuat kita seperti membentur 'tembok'.

Kedua, sering-seringlah ngobrol dengan orangtua. Jika sebelum pandemi kita jarang berdiskusi atau ngobrol santai dengan orangtua akibat kesibukan yang menyita waktu, ini saatnya kita memulai kebiasaan baik tersebut. Semakin banyak kesempatan ngobrol dengan orangtua, kita akan semakin bisa mencari 'celah' agar maksud dan pendapat kita bisa mereka terima.

Ketiga, berempatilah dengan orangtua. Bagaimanapun juga, mereka sudah berusia sepuh dan memiliki pemikiran serta keinginan yang berbeda dari kita. Mereka ingin sesering mungkin berkumpul dengan anak cucu dan hidup senyaman mungkin. "Rasa empati ini juga bisa tercipta dengan banyak ngobrol bersama orangtua," kata Liza.

Keempat, membuat kesepakatan dengan orangtua terkait menjalankan protokol kesehatan. Kita bisa mengatakan kepada orangtua bahwa boleh saja pergi ke supermarket asalkan dalam waktu yang tidak terlalu lama, tetap menggunakan masker, dan menjaga jarak. Demikian pula dengan bertemu anak cucu, boleh saja asal tidak terlalu sering dan durasinya tidak terlalu lama, serta harus tetap menaati protokol 3M.

Jangan lupa untuk memperkenalkan teknologi kepada orangtua--atau setidaknya ada anggota keluarga yang tinggal bersama mereka dan mengoperasikan smart phone untuk orangtua. Promosikan betapa teknologi dapat memudahkan pertemuan tanpa perlu berisiko terpapar Covid-19. Memang terasa kurang tanpa pelukan hangat anak cucu, tapi inilah cara terbaik menjaga keluarga tetap sehat dan aman.

Pada hakikatnya, kita harus berangkat dari satu suara bahwa kita ingin menjaga keluarga dari kemungkinan terinfeksi Covid-19. Dengan begitu, masing-masing akan menyadari bahwa keinginan yang disampaikan semata karena rasa sayang, bukan untuk mengekang kebebasan apalagi menjauhkan dari keluarga dan kehidupan sosial.

 

 

 

 

 




Film Horor dan Dampak Psikologisnya terhadap Anak

Sebelumnya

Tidak Mendapat Hak Waris, Ini yang Nanti Diterima Anak Adopsi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family