Meremehkan si kecil memiliki dampak buruk bagi jiwanya. Karena kerap diremehkan, anak akan malas untuk berinisiatif dan menjadi tidak percaya diri/ Net
Meremehkan si kecil memiliki dampak buruk bagi jiwanya. Karena kerap diremehkan, anak akan malas untuk berinisiatif dan menjadi tidak percaya diri/ Net
KOMENTAR

ADA banyak kesalahan yang bisa dilakukan orangtua dalam mengasuh anak. Kita selalu menginginkan bisa menjalankan good parenting di rumah. Bagaimana menghadirkan kebaikan dalam setiap perbuatan dan perkataan kita sebagai orangtua agar bisa menghadirkan insan-insan yang baik di masa depan.

Apa daya, orangtua juga manusia yang kerap tak mampu mengatasi ketidakidealan yang ada di rumah. Terutama menghadapi anak-anak dengan segala tingkah pola mereka. Dua atau tiga anak dengan tabiat berbeda-beda tak jarang membuat orangtua kebingungan atau memuncak emosinya. Akibatnya good parenting tinggalah angan semata.

Tanpa disadari, pola pengasuhan yang buruk bertahun-tahun bisa menjadi trauma anak seumur hidup. Meski demikian, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki kesalahan. Orangtua harus mampu menggunakan hati nurani untuk menumbuhkan anak menjadi pribadi yang kuat.

Salah satu kesalahan dalam pengasuhan anak menurut psikolog Elly Risman adalah orangtua yang kerap meremehkan anak.

Contohnya, si kecil menawarkan diri untuk membantu mencuci piring. Ibu kemudian mengatakan, “Enggak usah ya…nanti cuma menghabiskan air dan sabun cuci piring tapi piringnya enggak bisa bersih.”

Atau bisa juga dengan mengatakan “Kamu ini enggak berguna” atau “Ya ampun, mengerjakan PR begini aja enggak bisa”. Bisa juga dengan mengatakan “Ah, kamu mana mungkin bisa…” atau “Kamu ini ngerti apa?” atau sedikit lebih ‘halus’ dengan mengatakan “Bunda ingin lihat kamu berhasil, tapi rasanya enggak mungkin…”

Meremehkan anak jika dilakukan terus-menerus dengan perkataan yang makin lama makin keras bisa menjadi kekerasan secara verbal yang memengaruhi jiwa anak. Orangtua merendahkan anak dalam hal kecerdasan, kemampuan, penampilan fisik, hingga nilai anak sebagai manusia.

Banyak orangtua yang melecehkan kemampuan anak kemudian mencoba melucu dengan mengatakan“Ah, hanya bercanda.” Padahal, apa yang telah dikatakannya telah melukai hati anak. Si kecil terlanjur merasa orangtua tidak memercayainya dan tidak memberi kesempatan untuk melakukan hal-hal baru.

Kekerasan verbal bukanlah cara tepat untuk mendidik anak. Sangat kejam jika orangtua terus mengatakan hal-hal buruk tentang anak padahal orangtua tahu bahwa anak sangat memercayai mereka sebagai orang dewasa.

Hati-hati, ayah bunda…meremehkan si kecil memiliki dampak buruk bagi jiwanya. Karena kerap diremehkan, anak akan malas untuk berinisiatif dan menjadi tidak percaya diri.

#Malas berinisiatif

Jika belum apa-apa sudah diremehkan, anak tentu menjadi malas untuk berinisiatif. Padahal, memiliki inisiatif untuk melakukan suatu kebaikan atau membantu orang lain adalah sebuah nilai positif yang wajib diapresiasi. Dengan meremehkan anak, orangtua seolah mengatakan kepada anak bahwa “dunia tidak memerlukanmu” dan “tidak perlu mengulurkan tangan karena kamu tidak akan bisa membantu”.

Pernah membayangkan akibatnya? Kelak setelah dewasa, dia hanya akan menjadi manusia yang terkungkung dalam comfort zone. Tidak mau mengembangkan diri dan tidak mau mengerjakan hal-hal baru yang menantang kecerdasan. Dia seperti tidak bisa melihat bahwa kesempatan terbuka luas di hadapannya untuk menjadi lebih sukses.

#Tidak percaya diri

Anak memiliki hati dan rasa. Ucapan yang menghina dan meremehkan yang sering orangtua berikan padanya akan direkam dalam memori anak. Bahayanya, memori itu bisa menetap seumur hidup anak. DR Susan Forward dalam bukunya Toxic Parents menyebut perilaku orangtua tersebut kejam.

Tanpa orangtua sadari, ucapan meremehkan itu makin lama makin memberatkan anak hingga dia memiliki citra diri negatif. Akibatnya di kemudian hari, dia tidak mampu tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Dia memiliki rasa malu yang sangat kuat yang menghalanginya untuk membuka cakrawala pemikiran dan menambah pengalaman hidup, selalu bersikap ragu-ragu, dan menarik diri dari pergaulan.

Apakah itu yang kita inginkan sebagai orangtua?

Berempatilah pada si kecil. Jika kita berada di posisinya, kita pun akan merasa sakit hati karena tidak dipercaya. Berilah kesempatan anak untuk berkembang sambil kita menuntunnya ke arah yang lebih baik. Dan ayah bunda, yuk jaga lisan kita baik-baik.

 

 




Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Sebelumnya

Pemalu atau Social Anxiety? Yuk Kenali Tanda-Tandanya, Bunda!

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting