Doalah yang menguatkan batin kita ketika menghadapi cobaan bertubi-tubi. Doalah yang menumbuhkan harapan kita bahwa masa depan kita akan lebih indah/ Net
Doalah yang menguatkan batin kita ketika menghadapi cobaan bertubi-tubi. Doalah yang menumbuhkan harapan kita bahwa masa depan kita akan lebih indah/ Net
KOMENTAR

MUNAJAT kita tak selalu mulus. Ada kalanya kita merasa begitu lelah karena tampaknya doa kita tak pernah dikabulkan Sang Khalik. Kita tak ayal bertanya-tanya dalam hati, mengapa? Begitu burukkah kita di mataNya hingga tak pantas bila permohanan kita dikabulkan?

Kita menyadari fitrah sebagai manusia sebagai pelaku khilaf dan dosa. Karena itulah kita terus berusaha memperbaiki diri setiap harinya. Bibir terus mengucap istighfar, memohon ampunan. Dengan niat diri kita menjadi bersih hingga doa kita lebih mudah menembus langit.

Tapi, lagi-lagi, kita merasa Allah tak merestui jalan yang kita tempuh. Setiap keputusan yang kita ambil terasa salah. Apa yang kita perbuat seolah bukan menjadi solusi tapi menimbulkan masalah baru. Setiap hari kita mengelus dada sambil bertanya lagi, mengapa?

Rasulullah bersabda, “Seorang hamba akan selalu dikabulkan doanya oleh Allah Swt. selagi ia tidak berdoa dengan sesuatu yang menyebabkan dosa, atau memutus silaturahim, atau tergesa-gesa.”

Para sahabat lantas bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud tergesa-gesa?” Rasul menjawab “(Tergesa-gesa) adalah mengatakan ‘Saya berdoa kepada Allah tapi tidak dikabulkan’, kemudian ia pun mengeluh dan meninggalkan berdoa.” (HR. Muslim)

Marilah mempertebal keimanan karena hanya dengan itulah kita akan mampu menerima takdir Allah. Dalam hadis di atas, Rasul dengan tegas mengatakan Allah pasti mengabulkan doa setiap hamba. Maka kita harus bersuka cita dan menyertakan optimisme dalam setiap untaian doa yang kita panjatkan. Optimisme itulah yang diharapkan dapat menjauhkan kita dari putus asa.

Karena ternyata, putus asa adalah kelanjutan dari tergesa-gesa. Sungguh disayangkan bila kita sudah berdoa sepanjang hari, berhari-hari, hingga berbulan-bulan, lantas berhenti karena tak bisa menghalau suudzan (buruk sangka) kepadaNya.

Ketika memutuskan berhenti berdoa karena yakin tidak dikabulkan, Allah pun menolak doa kita. Seolah ‘mengiyakan’ keputusan kita. Karena hilangnya kesabaran kita. Juga karena menurunnya keimanan kita hingga lupa bahwa rahman dan rahim selalu ada bagi hamba tanpa terbatas waktu.

Sebesar apa kita membutuhkan rahmatNya? Sekeras apa keinginan kita agar Allah mengabulkan doa? Itulah yang harus kita perjuangkan. Itulah yang harus kita tetapkan dalam hati agar kesabaran tak berpaling dan memutus asa kita dari doa.

Di masa kelam dalam kehidupan manusia saat ini, bagaimanakah kita bertahan tanpa kekuatan doa? Doalah yang menguatkan batin kita ketika menghadapi cobaan bertubi-tubi. Doalah yang menumbuhkan harapan kita bahwa masa depan kita akan lebih indah.

Mari kita bersandar pada munajat…kita memohon padaNya hingga bumi berhenti berputar.

 

 

 




Dunia Adalah Ujian: Menjaga Keseimbangan Emosi di Tengah Badai Kehidupan

Sebelumnya

Ingat Akhiratmu, Maka Duniamu Terasa Mudah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur